Page 33 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 33
kontemporer yang berbicara. Maka mestikah diherankan kalau
―kenangan‖ Habibie tentang peralihan kekuasaan ini yang diterbitkan
dalam dua bahasa Detik-detik yang Menentukan : Jalan Panjang
Indonesia Menuju Demokrasi (Decisive Moments : Indonesia‘s Long
Road to Democracy) boleh juga dikatakan sebagai salah satu karya
3
sejarah yang terpenting tentang situasi kontemporer Indonesia?
Abad ke-21 telah dimasuki, tetapi ―Reformasi‖ masih harus
bergumul dengan berbagai corak ujian. Kisah abadi dari negeri yang
terbebas dari sistem otoriter pun tampil begitu saja. Mula-mula hanya
terjadi di kalangan publik politik tetapi tuntutan akan keharusan revisi
sejarah dengan begitu saja menyelinap ke wilayah pendidikan. Gugatan
akan kebenaran sejarah terjadi pada kisah kesejarahan yang berada di
bawah dominasi negara. Apakah yang terjadi sesungguhnya menjelang
dan di saat peralihan kekuasaan dari Sukarno ke Soeharto? Maka
berbagai demonstrasi menuntut ―kebenaran sejarah‖ pun terjadi. Tetapi
seperti apakah ―kebenaran sejarah‖ itu? Apakah ―kebenaran‖ itu
mengharuskan pula perubahan dalam sistem seremoni kenegaraan?
Masih perlukah mengheningkan cipta di makam mereka yang telah
diakui sebagai ―pahlawan revolusi‖ itu? Masih harus pulakah upacara
tanggal 1 Oktober --tanggal yang telah ditahbiskan sebagai ―hari
kesaksian Pancasila‖-- diadakan?
Sementara itu di kalangan publik berbagai corak hipotesis-
kesejarahan (ataukah teori?) pun diajukan. Siapakah yang berada di
belakang pembunuhan para jenderal yang terjadi di subuh tanggal 1
Oktober 1966 itu? Apakah betul peristiwa itu dikendalikan oleh PKI?
Memang demikianlah faktanya, kata sejarawan resmi dari Orde Baru.
Dengan dukungan kekuasaan masalah ini pun dianggap telah selesai.
Di belakang G-30-S ( nama kelompok yang membunuh) ditambahkan
saja kata PKI— maka jadilah G-30-S/PKI sebagai suatu keutuhan. Tetapi,
kalau demikian, ―mengapa begini‖ dan ‖mengapa pula begitu‖?
Apakah yang terjadi sesungguhnya? Bukankah secara politik PKI sedang
berada di atas angin, karena Presiden Sukarno tampaknya sangat
―mesra‖ dengan PKI dan agak renggang dengan ABRI? ―Ah, kalau
begitu jangan-jangan?‖--maka bertaburanlah berbagai macam dan
corak hipotesis dengan nuansa politik dan ideologi yang tidak
selamanya tersembunyikan. Tetapi apakah mungkin kebenaran sejarah,
historical truth, yang otentik bisa didapatkan? Sekian banyak artikel
dan buku, baik tulisan ilmuwan asing, maupun sejarawan profesional
2
1