Page 19 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 19
Seminar Sejarah Nasional dan Demokrasi Terpimpin
Dalam suasana pergumulan antara visi romantik kesejarahan
dengan keabsahan sejarah yang otentik secara akademis dan etik inilah
Seminar Sejarah Nasional diselenggarakan. Diadakan pada 14-18
Desember 1957 di kampus UGM, Yogyakarta, seminar sejarah yang
pertama ini tampil sebagai sebuah panorama dari berbagai visi
nasional kesejarahan yang tidak mudah terlupakan. Bagaimanakah
pengkisahan sejarah yang terikat erat pada keharusan akademis dan etik
keilmuan bisa saling mendukung tetapi terlepas dari genggaman visi
kolonial? Bagaimanakah sejarah kritis yang otentik dengan visi yang
menghembuskan nafas kebangsaan bisa didapatkan? Berbagai
pandangan dan beragam pemikiran kesejarahan, bahkan ideologis,
yang disampaikan para peserta, yang terdiri atas para cendekiawan,
ilmuwan, guru-sejarah, bahkan juga para politisi dari berbagai partai
politik dengan ideologi yang berbeda-beda, disampaikan dalam seminar
sejarah nasional yang pertama ini.
Tetapi ketika kini kesimpulan akhir dari seminar dibaca kembali
maka mungkin akan terasa sebagai hal-hal yang sederhana saja.
Semuanya kini mungkin sekali terasa sebagai hal yang sudah sewajarnya
saja—sesuatu yang bisa dianggap sebagai hal yang sudah ―taken for
granted‖ saja. Sejarah nasional ialah hasil penelitian yang berdasarkan
prinsip yang sederhana tetapi memerlukan pengerjaan kesejarahan yang
bersungguh-sungguh. Prinsip dasar itu disebut sebagai penulisan sejarah
akademis yang bersifat Indonesia-sentris Prinsip ini bukanlah berarti
sekadar pembalikan landasan nilai etis-- dari yang bersifat kolonial
menjadi nasional—dan tidaklah pula sekedar terlepas dari apa yang
disebut sebagai Neerlando-sentris. Rekonstruksi kesejarahan adalah
hasil usaha objektif dan kreatif yang berkisah tentang rangkaian
pergumulan anak bangsa dengan nasibnya dan tentang perjuangannya
dalam usaha mencapai tatanan sosial-politik yang diidam-idamkan.
Maka adalah suatu kemestian untuk mendapatkan pengenalan akan
corak dari struktur kemasyarakatan serta dinamika kehidupan anak
bangsa, baik dalam kesendirian masing-masing unsur bangsa dan
hubungan dengan unsur lain, maupun ketika masing-masing unsur
atau dalam kebersamaan berhadapan dengan dunia luar. Indonesia-
sentris bukanlah sebuah landasan teori, yang bergumul dengan masalah
historical causality ( sebab-akibat dalam sejarah) dan sebagainya, tetapi
pantulan hasrat normatif untuk memahami corak dan bentuk dinamika
7