Page 20 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 20

Pengayaan Materi Sejarah


                kehidupan  bangsa  dalam  rentangan  perjalanan  waktu.  Konsep
                Indonesia-sentris  bertolak  dari  sikap  akademis  bahwa  yang  menjadi
                perhatian utama adalah dinamika perjalanan kesejarahan anak bangsa
                serta  peralihan  struktural  yang  mungkin  terjadi  dalam  arus  dan
                gelombang  peristiwa  kesejarahan.  Bagaimanakah  anak  bangsa,  baik
                secara  keseluruhan  ataupun  sebagai  kesatuan-kesatuan  etnis  tertentu
                ataupun  sebagai  wilayah  tertentu  mengayuh  biduk  kehidupan  ketika
                mengharungi  gelombang  dan  ombak  dinamika  sejarah.  Bagaimanakah
                pula corak dan irama serta arus dinamika sejarah yang dialami bangsa,
                baik secara keseluruhan maupun sebagai kesatuan-kesatuan etnis atau
                lokalitas  tertentu,  ketika  menghadapi  berbagai  halangan  struktural
                ataupun kultural demi tercapainya pantai harapan yang dicita-citakan?
                        Sekian  puluh  tahun  telah  berlalu  dan  berbagai  corak
                pengalaman kesejarahan telah pula dialami bangsa dan bahkan tolehan
                reflektif ke belakang –-ke masa lalu yang telah ditinggalkan--telah pula
                sangat  biasa  dilayangkan.  Seketika  tolehan  ini  telah  dilakukan  maka
                tampaklah  betapa  Seminar  Sejarah  Nasional  yang  pertama  ini  adalah
                kesempatan  terakhir  bagi  para  ilmuwan,  cendekiawan,  dan  politisi
                untuk  bertukar  pikiran  yang  reflektif  dan  bebas  tentang  dinamika  dan
                alur  kehidupan  bangsa  secara  terbuka.  Tidak  lama  setelah  Seminar
                Sejarah  Nasional  berakhir  maka  periode  suasana  konflik  politik  dan
                ideologi  telah  semakin  berkecamuk.  Suasana  ini  terjadi  di  sidang-
                sidang  parlemen  dan  Dewan  Konstituante—dua  lembaga  demokrasi
                hasil Pemihan Umum yang umum dinilai demoktratis dan relatif bersih.
                Dalam  suasana  ini  pula  berbagai  corak  keresahan  sosial-politik  daerah
                telah pula semakin meluas dan  mendalam.

                        Segala corak kegelisahan dan bahkan perlawanan yang terjadi di
                beberapa  daerah  serta  berbagai  gejolak  sosial  politik  yang  seperti
                enggan  untuk  berhenti  akhirnya  disudahi  saja  dengan  dikeluarkannya
                Dekrit  Presiden  1  Juli  1959.  Dijadikan  sebagai  landasan  hukum  yang
                baru  di  saat  Indonesia  telah  berada  dalam  naungan  S.O.B.--  undang-
                undang  negara  dalam  bahaya  perang—berarti  kemungkinan  untuk
                menolak  dekrit  yang  mengingkari  UUD1950  ini  telah  pula  tertutup.
                Maka  begitulah  dengan  dekrit  Presiden  ini  Republik  Indonesia  pun
                secara resmi dinyatakan ―kembali ke UUD 1945‖. Dengan kembalinya ke
                UUD 1945 ini maka Presiden bukan lagi hanya berfungsi sebagai Kepala
                Negara,  sebagaimana  yang  ditentukan  oleh  UUD  Sementara  1950,
                tetapi adalah pula Kepala Pemerintahan. Kekuasaan pun secara



                8
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25