Page 241 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 241

3.8.   Pemberontakan PRRI dan Permesta

                a.  Pemberontakan PRRI
                        Pada masa pemerintahan Kabinet Juanda terjadi pemberontakan
                PRRI  dan  Permesta.  Pada  tanggal  10  Februari  1958  Ketua  Dewan
                Banteng Akhmad Husein mengeluarkan ultimatum
                kepada  pemerintah  pusat  yang  menyatakan  bahwa  Kabinet  Juanda
                harus  mengundurkan  diri  dalam  waktu  5  x  24  jam.  Pemerintah
                bertindak  tegas  menerima  ultimatum  tersebut.  Pemerintah  memecat
                dengan  tidak  hormat  Akhmad  Husein,  Simbolon,  Zulkifli  Lubis,  dan
                Dahlan  Jambek.  Mereka  adalah  perwira-perwira  TNI  AD  yang  duduk
                dalam  pimpinan  gerakan  separatis.  KSAD  A.H.  Nasution  tanggal  12
                Februari  1958  mengeluarkan  perintah  untuk  membekukan  Komando
                Daerah  Militer  Sumatera  Tengah  dan  menmpatkannya  langsung  di
                bawah  KSAD.  Akhmad  Husein  tanggal  15  Februari  1958  di  Padang
                memproklamasikan “Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
                dan mengangkat Syafruddin Prawiranegara sebagai perdana menteri.
                        Oleh  karena  usaha  melalui  musyawarah  tidak  berhasil,  untuk
                memulihkan  keamanan  negara,  pemerintah  dan  KSAD  memutuskan
                untuk melancarkan operasi militer. Operasi gabungan Angkatan Darat,
                Angkatan Laut, dan Angkatan Udara terhadap PRRI di Sumatra Timur itu
                diberi  nama  Operasi  17  Agustus.  Operasi  itu  selain  untuk
                menghancurkan  kaum  separatis  juga  bermaksud  mencegah  mereka
                meluaskan diri ke tempat lain dan mencegah turut campurnya kekuatan
                asing.  Kekuatan  asing  dikhawatirkan  akan  mengadakan  intervensi
                dengan dalih melindungi modal dan warganya, sebab di Sumatra Timur
                dan  Riau  banyak  terdapat  kepentingan  modal  asing.  Gerakan  operasi
                pertama  kali  ditujukan  ke  Pekanbaru  untuk  mengamankan  sumber-
                sumber  minyak  di  sana.  Pasukan  APRI  dapat  menguasai    Pekanbaru
                sejak 14 Februari 1958. Dari Pekanbaru operasi dikembangkan ke pusat
                pertahanan  pemberontak.  Pada  tanggal  4  Mei  1958  Bukittinggi  dapat
                direbut  kembali.  Setelah  itu  APRI  membersihkan  daerah  bekas
                kekuasaan PRRI dimana banyak anggota pemberontak melarikan diri ke
                hutan-hutan.

                b. Pemberontakan Permesta
                        Proklamasi  PRRI  mendapat  sambutan  dari  Indonesia  bagian
                timur.  Dalam  rapat-rapat  “raksasa”  yang  diselenggarakan  di  beberapa
                tempat di daerah tersebut, Komando Daerah Militer Sulawesi Utara dan
                Tengah (KDMSUT) Kolonel D.J. Somba mengeluarkan pernyataan bahwa
                sejak  tanggal  17  Februari  1958  wilayah  Sulawesi  Utara  dan  Tengah
                memutuskan  hubungan  dengan  pemerintah  pusat  serta  mendukung
                PRRI.



                                                                                 229
   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246