Page 240 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 240

Pengayaan Materi Sejarah


                bahwa  seluruh  wilayah  Indonesia  sebagai  satu  kesatuan  utuh  dengan
                laut teritorialnya selebar 12 mil, diukur dari garis yang menghubungkan
                titik ujung terluar dari pulau-pulau Indonesia. Lalu lintas yang damai di
                perairan pedalaman bagi kapal asing dijamin selama tidak mengganggu
                kedaulatan dan keselamatan Negara Indonesia.
                        Menurut  Cornelis  van  Bijenkershoek  (dari  Belanda)  bahwa
                wilayah  laut  adalah  3  mil  laut  dari  pantai  saat  pasang  surut.
                Argumentasi tersebut didasari bahwa jangkauan meriam lebih kurang 3
                mil.  Ketentaun  ini  berlaku  hingga  1994,  yaitu  dengan  adanya
                pengesahan melalui Sidang Umum PBB.
                        Dalam  menentukan  batas  wilayah  negara,  pemerintah  RI
                mengacu  pada  Aturan  Peralihan  UUD  1945,  Pasal  II  yang
                memberlakukan  peraturan  sebelumnya.  Pemerintah  Hindia  Belanda
                telah  mengeluarkan  peraturan  perundang-undangan  wilayah  yang
                termuat dalam ordonnansi tahun 1939 “Territoriale Zee en Maritieme
                Kringen Ordonnantie” (TZMKO) No. 422/1939.
                        Pada  masa  penjajahan  Belanda  dan  Jepang  berdasarkan
                Territoriale  Zee  en  Maritieme  Kringen  Ordonnantie  (TZMKO)  no.
                442/1939  luas  wilayah  NKRI  adalah  sekitar  2  juta  km2  (Soemiarno,
                2009: 50). Luas tersebut berdasarkan ukuran 3 mil laut dari garis pantai
                pada waktu pasang surut (low water). Setelah proklamasi kemerdekaan
                RI  s.d.  13  Desember  1957,  berdasarkan  Aturan  Peralihan  UUD  1945,
                Konstitusi RIS, dan UUDS 1950 tetap berlaku Ordonansi No. 442/1939.
                Setelah  13  Desember  1957  luas  wilayah  NKRI  berdasarkan
                pengumuman  Pemerintah  RI  tanggal  13  Desember  1957  (dikenal
                Deklarasi Juanda). Isi Deklarasi Juanda adalah perubahan atas ordonansi
                No. 442/1939 tentang TZMKO. Cara penarikan batas laut wilayah tidak
                lagi  didasarkan  pada  garis  pasang  surut  (low  water  line)  tetapi
                didasarkan pada sistem penarikan garis lurus (straight base line) yang
                diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar dari
                pada  pulau-pulau  atau  bagian  pulau  yang  termasuk  ke  dalam  wilayah
                Negara RI (point to point theory). Penentuan lebar laut wilayah menjadi
                12  mil  laut.  Luas  wilayah  bertambah  sekitar  3,9  juta  km2  menjadi  5,9
                km2 (Soemiarno, 2009: 50).
                        Deklarasi Juanda pada hakekatnya menerapkan asas archipelago
                atau asas nusantara. Dalam deklarasi tersebut terkandung kepentingan
                dan tujuan bangsa Indonesia ialah keutuhan wilayah negara di lautan.
                Deklarasi  Juanda  menyatakan  bahwa  laut  bukan  lagi  sebagai  pemisah,
                melainkan sebagai penghubung, sebagai pemersatu bangsa  Indonesia.






                228
   235   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245