Page 242 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 242
Pengayaan Materi Sejarah
Menyikapi pernyataan itu, pemerintah tidak ragu-ragu untuk
bertindak. KSAD A,H, Nasution sebagai Panglima Perang Pusat memecat
Kolonel Somba dan Mayor Runturambi. Sedangkan batalyon yang
berada di bawah KDMSUT (termasuk dinas dan jawatan wewenang
komandonya diserahkan kepada Komando Antar Daerah Indonesia
Timur (Koandait). Untuk menghadapi aksi Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta) pada bulan April 1958 dilancarkan Operasi Merdeka yang
merupakan gabungan ketiga angkatan di bawah pimpinan Letnan
Kolonel Rukmito. Operasi ini terdiri atas Operasi Saptamarga I, II, III, IV,
dan Sapta Mena I dan II.
Sebelum operasi pokok dilancarkan, dilaksanakan Operasi Insyaf
di daerah Sulawesi Tengah dipimpin oleh Letnan Kolonel Jonosewojo.
Operasi itu berhasil menguasai kota Palu pada tanggal 18 April 1958.
Untuk mengamankan seluruh wilayah Sulawesi Tengah dilancarkan
Operasi Saptamarga I yang juga dipimpin oleh Letnan Kolonel
Jonosewoyo. Pada awal bulan Juni seluruh daerah Sulawesi Tengah
dapat dikuasai.
Operasi Saptamarga II di bawah pimpinan Mayor Agus
Prasmono ditujukan untuk menguasai daerah Gorontalo. Kota
Gorontalo dapat dikuasai pada tanggal 18 Mei 1958. Dalam serangan
ke Gorontalo pasukan APRI mendapat bantuan dari pemuda-pemuda
setempat di bawah pimpinan Nani Wartabone, seorang tokoh nasionalis
yang anti Permesta. Sementara itu Operasi Saptamarga III di bawah
pimpinan Letnan Kolonel Magenda berhasil menguasai Kepulauan Sangir
Talaud. Pasukan ini kemudian bergabung dengan pasukan Operasi
Saptamarga IV yang langsung dipimpin oleh Letkol Rukmito. Sasaran
utamanya ialah merebut Manado yang merupakan basis Permesta. Pada
tanggal 26 Juni 1958 kota itu pun dapat dikuasai oleh APRI.
Operasi Mena I di bawah pimpinan Letnan Kolonel H. Pieters
ditujukan untuk menguasai Jailolo, sedang operasi Mena II di bawah
pimpinan Letnan Kolonel KKO Hunholz untuk merebut lapangan udara
Morotai. Morotai dikuasai pada tanggal 20 Mei 1958 dan Jailolo direbut
tanggal 3 Juni 1958.
Permesta menyewa seorang penerbang asing (Amerika) yaitu
Allan Pope. Pesawat B-25 yang dipiloti Allan Pope dapat ditembak pada
18 Mei 1958 di atas Ambon. Ia dan operator Harry Rantung
menyelamatkan diri dengan parasut, kemudian ditangkap oleh APRI.
Dengan dikuasainya kota-kota tersebut di atas, kekuatan Permesta
dapat dilumpuhkan. Untuk beberapa waktu lamanya mereka masih
mengadakan perlawanan secara gerilya. Secara keseluruhan perlawanan
230