Page 294 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 294

Pengayaan Materi Sejarah


                      4.  De Soekarnoisasi

                                Partai Nasional Indonesia (PNI) yang sejak akhir Oktober
                          1965 terjadi perpecahan antara kelompok yang diindikasikan
                          pengikut dan simpatisan G-30-S/PKI, Ali Surachman disingkat
                          A-Su  dengan  kelompok  anti  G-30-S/PKI  yang  dipimpin  oleh
                          Osa  Maliki  dan  Usep  Ranawidjaya.  Jenderal  Soeharto
                          memprakarsai konsolidasi PNI. Pada 16 Maret 1966 diadakan
                          pertemuan  antara  mereka  dan  pada  bulan  April  1966,  PNI
                          mengadakan  Kongres  luar  biasa  di  Bandung.    Sekalipun
                          terjadi  perdebatan  yang  sengit  dalam  kongres,  akhirnya
                          terbentuk  kepengurusan  Dewan  Pimpinan  Partai  (DPP).  Osa
                          Maliki  terpilih  sebagai  Ketua  Umum  dan  Prof.  Usep
                          Ranawidjaya  sebagai  Sekretaris  Jenderal.  Sejak  itu  DPP  PNI
                          terkenal  dengan  sebutan  PNI  Osa-Usep. 73   Syarat  menjadi
                          anggota  yang  ditentukan  oleh  sidang  adalah,  PNI/FM  harus
                          bersih dari unsur-unsur yang terindikasi terlibat Gestapu/PKI.
                          Dengan  terkonsolidasinya  PNI,  Jenderal  Soeharto  berhasil
                          melanjutkan      langkah      konsolidasi      politik.   Majelis
                          Permusyarawatan Rakyat Sementara (MPRS), yang berkantor
                          di  Bandung  dipindahkan  ke  Jakarta.  Kolonel  Wiluyo
                          Puspoyudo, salah seorang wakil ketua MPRS diangkat sebagai
                          caretaker ketua untuk menyelenggarakan sidang MPRS. Pada
                          bulan  Juni  1966,  MPRS  yang  telah  dibersihkan  dari
                          anggotanya yang berindikasi G-30-S/PKI, bersidang di Jakarta.
                                Sidang  MPRS  IV  dibuka  pada  20  Juni  1966.  Jenderal
                          Nasution  terpilih  sebagai  Ketua  MPRS.  Pada  22  Juni  1966
                          dengan  empat  orang  wakil  ketua  Subchan  Z.E,  Osa  Maliki,
                          Melanthon  Siregar  dan  Brigjen  Waluyo.  Sidang  MPRS
                          menghasilkan  beberapa  ketetapan  yang  bermakna  koreksi
                          total antara lain: 74
                                TAP XV/MPRS/1966 yang menetapkan bahwa sekiranya
                          Presiden  berhalangan,  maka  pemegang  Super  Semar  yang
                          menjadi  pejabat  Presiden.  TAP  XIII/MPRS/1966,  yang
                          menetapkan  Jenderal  Soeharto  sebagai  pembentuk  kabinet.
                          Ketetapan ini ditentang keras oleh Presiden, juga oleh Adnan
                          Buyung  Nasution.  Dalam  prakteknya  kemudian  disepakati
                          bahwa pembentuk kabinet adalah Presiden Soekarno




                282
   289   290   291   292   293   294   295   296   297   298   299