Page 298 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 298

Pengayaan Materi Sejarah


                          pertahanan  keamanan  dan  kekaryaan  secara  terpusat,
                          sehingga  tugas  pokok  Angktan  dapat  dikendalikan  lewat
                          organisasi yang baru.
                                Berdasarkan  doktrin  tersebut  langkah  selanjutnya,
                          Jenderal  Soeharto  pada  1966  memerintahkan  untuk
                          melakukan reorganisasi ABRI. ABRI direorganasi berdasarkan
                          doktrin dan kondisi keamanan yang melanda Indonesia pada
                          waktu  itu.  Konfrontasi  dengan  Malaysia  dihentikan.  Dengan
                          organisasi  baru  ini  kepemimpinan  langsung  Presiden
                          Soekarno  melalui  Komando  Operasi  Tertinggi  (KOTI)  atau
                          intitusi/kepanglimaan  terhadap  para  panglima  angkatan
                          dipotong.  Para  perwira  tinggi  dan  menengah  pendukung
                          Soekarno  diberhentikan  dari  jabatan  atau  dialih  tugaskan.
                          Terjadi  mutasi  besar-besaran  setelah  reorganisasi  1967.
                          Resimen  Tjakrabirawa,  kesatuan  pengawal  kepresidenan
                          dibubarkan  tanpa  meminta  ijin  kepada  Presiden  Soekarno.
                          Berdasarkan  doktrin  kekaryaan,  peranan  ABRI  sebagai
                          golongan    fungsional   diperluas.   Pasukan    pengawal
                          Kepresidenan  dikembalikan  kepada  polisi  militer.  Operasi
                          pembersihan terhadap anggota ABRI dan aparat pemerintah
                          yang  berindikasi  terlibat  G-30-S  secara  tidak  langsung,  baik
                          karena  orang  tua,  mertua,  istri,  saudara  sekandung,
                          diintensifkan.

                                Reorganisasi  1967,  berhasil  secara  total  mengisolasi
                          Presiden  Soekarno  dari  kepemimpinan  militer.  Jenderal
                          Soeharto menunjuk Mayor Jenderal Soerjosumpeno mantan
                          Panglima  Kodam  VII/Diponegoro,sebagai  sekretaris  militer
                          Presiden dan Kolonel CPM Nolly Tjokropanolo sebagai ajudan
                          senior  Presiden  menggantikan  Brigjen  Sabur  dan  Kolonel
                          Bambang Widjanarko.
                                Proses  de-Sukarnoisasi  berjalan  perlahan  tetapi  pasti
                          sebagai  suatu  bentuk  operasi  sosial-politik,  sebagaimana  di
                          konsepsikan  dalam  sistem  senjata  sosional,  atau  “sissos”.
                          Tempat  atau  bangunan  yang  ber  “label”  Soekarno
                          dihapuskan  atau  diganti,  sebagai  contoh  Gelanggang  Olah
                          Raga (Gelora) Bung Karno di Senayan diganti dengan Gelora
                          Senayan. Rumah Presiden Soekarno di jalan Gatot Subroto




                286
   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303