Page 296 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 296
Pengayaan Materi Sejarah
dimanfaatkan oleh Jenderal Soeharto untuk menaklukan
lawan-lawan politiknya.
Berdasarkan Ketetapan MPRS, pada tanggal 25 Juli
1966 Jenderal Soeharto bersama Presiden Soekarno
membentuk kabinet baru, yang di beri nama Kabinet
Ampera. Kabinet ini terdiri atas pimpinan, yaitu presiden
Soekarno, dibantu oleh sebuah Presidium yang terdiri atas
empat orang Menteri Utama (Menutama). Presidium Kabinet
dipimpin oleh Ketua Presidium, Jenderal Soeharto merangkap
sebagai Menteri Utama bidang Pertahanan Keamanan
(Menutama Hankam). Anggota Presidium lainnya ialah
Menutama bidang Politik, Adam Malik, Menutama bidang
Kesejahteraan Sosial (Kesra), K.H. Idham Cholid, Menutama
bidang Ekonomi dan Keuangan (Eku) Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dan Menutama bidang Industri dan
Pembangunan (Inbang) Sanusi Hardjadinata. Komposisi
kabinet terdiri atas pelbagai unsur aliran. Presiden Soekarno
tidak lagi langsung memimpin kabinet.
Pada Kabinet Ampera yang dualistis ini, kepemimpinan
Soekarno meredup dan telah beralih ke Soeharto. Untuk
mensukseskan program Kabinet Ampera Soeharto meminta
kepada Seskoad, sebagai think-tank Angkatan Darat, agar
menyelenggarakan seminar untuk memberikan masukan bagi
tercapainya program kabinet. Dalam kabinet ini
dibelakangnya berdiri sejumlah pemikir (teknorat) yang
ditugasi memecahkan tentang pelbagai masalah yang
dihadapi. Selaku Ketua Presidium Kabinet Soeharto juga
membangun kelompok pemikir inti, sebagai penasihatnya
yang disebut staf pribadi, (Spri), yang dikoordinasikan oleh
Letnan Jenderal Alamsah Ratu Perwira negara. Beberapa
anggota Spri terdiri atas pakar ekonom dan pakar politik.
Setelah terbentuknya kabinet, Soeharto melangkah
maju membenahi Angkatan Bersenjata yang terpecah belah
yang sebagian besar masih bersimpati ke pada Presiden
Soekarno, terutama pada Angkatan Laut, Angkatan Udara
dan Angkatan Kepolisian dan Resimen Pengawal
Kepresidenan Tjakrabirawa yang dipimpin oleh Jenderal
284