Page 297 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 297

Sabur. Pada era kepemimpinan Presiden Soekarno, pada Juni
                          1962,  Tentara  Nasional  Indonesia  (AD,  AL,  AU)  dan
                          Kepolisian   Negara    diintegrasikan   menjadi   Angkatan
                          Bersenjata  yang  masing-masing  angkatan  dipimpin  oleh
                          seorang  panglima.  Masing-masing  markas  besar  dijadikan
                          departemen  yang  dipimpin  oleh  seorang  menteri.  Pada
                          tingkat  pucuk  pimpinan,  presiden  selaku  panglima  tertinggi
                          membawahi langsung panglima angkatan.
                                Jenderal  Soeharto  selaku  Menutama  bidang  Hankam,
                          menugasi  Kepala  Staf  Hankam,  Mayor  Jenderal  M.  M.
                          Rachmat  Kartakusuma  untuk  membenahi  organisasi  ABRI.
                          Untuk  memulai  tugasnya  Kartakusuma  memilih  pendekatan
                          doktrin, sebagai penjabaran TAP MPRS No. XXIV/MPRS/1966.
                          Mengapa  doktrin  yang  dipilih  sebagai  pendekatan?
                          Kartakusuma     melihat   kenyataan   bahwa     pada   era
                          kepemimpinan  Soekarno,  masing-masing  Angkatan  memiliki
                          doktrin  angkatan  yang  menonjolkan  wawasan  perangnya.
                          Angkatan Darat dengan doktrin Tri Ubaya Cakti menonjolkan
                          wawasan perang teritorial (darat). Angkatan Laut, doktrinnya
                          Eka  Casana  Jaya,  yang  menyatakan  bahwa  hanya  kekuatan
                          laut sebagai unsur pokok pertahanan dan keamanan Negara
                          Republik  Indonesia  dari  invasi  asing.  Angkatan  Udara
                          menyusun  doktrin  Swa  Buana  Paksa  bahwa  pada  wilayah
                          celestial  Indonesia,  Angkatan  Udara-lah  yang  menjadi
                          penguasanya.  Melalui  pendekatan  doktrin,  kondisi  angkatan
                          yang  tengah  terpecah  belah  dengan  kadar  emosi  dan
                          kebanggaan korps yang tinggi dapat diajak berbicara tentang
                          doktrin  militer,  bukan  politik.  Gagasan  Kartakusuma
                          memperoleh  sambutan  baik  dari  pimpinan  Angkatan.  Pada
                          bulan  September  1966,  terselenggara  pra  Seminar  Hankam,
                          tempat  curah  pendapat  antar  Angkatan  dan  Polri  untuk
                          merumuskan satu doktrin militer Indonesia.

                                Dari Pra Seminar dilanjutkan dengan Seminar Hankam.
                          Seminar  ini  menghasilkan  doktrin  Pertahanan  Keamanan,
                          yang berlandaskan TAP MPRS No. XXIV/MPRS/1966. Doktrin
                          pertahanan  keamanan  ini  diberi  nama  Catur  Darma,  Eka
                          Karma Doktrin Pertahanan Keamanan dan Kekaryaan ABRI.
                          Doktrin adalah tuntunan penyelenggaraan  organisasi



                                                                                 285
   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302