Page 182 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 182
HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH
adalah Serikat Indonesia di mana hampir semua orang Indonesia kumpul.
Organisasi ini mengadakan kegiatan seperti keluarkan semacam kartu identitas
kepada warga Indonesia dan sering mewakili kepentingan bangsa Indonesia viz-a-
viz Belanda. Serikat Indonesia juga mengadakan kegiatan politik mendukung RI
dalam perjuangan terhadap Belanda. Secara teori Serikat Indonesia mampu
diangkat menjadi kantor perwakilan RI, atau paling tidak pemimpinnya diangkat
sebagai staf kantor perwakilan, tetapi hal itu tidak terjadi.
Urusan konsulat dipegang oleh Notohatiyanto, pegawai Misi Miiter
Belanda. Dia bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda sejak sebelum perang dan
pernah ditugaskan ke Konjen Belanda di Jedah. Sesudah selesai perang dia
ditempatkan ke Misi Miiter Belanda di Tokyo. Urusan perdagangan dibantu secara
7
pribadi oleh Mijnarends, kepala Kamar Dagang Belanda di Tokyo.
Memang zaman Notohatiyanto dan Mijnarends hanya sebentar saja, dan
tak lama kemudian mulailah usaha membuka kantornya sendiri: Mohamed Syarif,
mantan mahasiswa yang sudah pulang dulu ke Indonesia pada 1947, dikirim dari
Deplu, dan Adam Basorie, yang sudah pulang pada 1940 dikirim dari Dept.
Perdagangan sebagai staf kantor perwakilan pemerintah Indonesia. Mereka
dibantu oleh mahasiswa Indonesia yang masih tinggal di Jepang waktu itu dan
membuka kantor di Ginza.
Pada Mei 1951 Raden Sudjono dikirim sebagai “Duta Besar” di kantor
perwakilan ini. Pada saat itu fungsi kantor perwakilan ini masih untuk keperluan
komunikasi dan negosiasi dengan GHQ Tentara Sekutu dan status Sudjono bukan
“Duta Besar untuk Jepang”, tetapi untuk Allied Council for Japan.
8
Raden Sudjono adalah mantan guru besar Bahasa Indonesia di Akademi
Bahasa Asing di Tokyo sebelum perang. Sesudah tamat fakuluts Hukum Universitas
Leiden, dia pernah bekerja sebagai advokat di Menado tetapi pada tahun 1934 dia
pulang ke Jawa via Tokyo dengan kapal Jepang dan mendarat di Tokyo. Sesudah
beberapa bulan tinggal di Tokyo, dia pulang dulu ke Indonesia tetapi tidak lama
kemudian dia ditawarkan pekerjaan sebagai guru Bahasa Melayu. Dia menutuskan
untuk menerima tawaran itu dan menetap di Tokyo dengan keluarga. Dia menjadi
salah seorang pemimpin komunitas Indonesia di Jepang zaman sebelum perang.
Pada waktu Tentara Jepang mendarat di Jawa pada bulan Maret 1942, dia
ikut Jend. Imamura dan mendarat di Merak. Sesudah itu dia kerja sama dengan
tentara Jepang selama masa pendudukan Jepang. Sesudah Indonesia merdeka dia
bekerja di Deplu dan ditugaskan ke Jepang pada 1951.
173