Page 27 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 27

INDONESIA—JEPANG, 1900—1941 :
                       HUBUNGAN ANTARBANGSA DALAM PERSPEKTIF HISTORIS

            situasi politik di dalam negeri sekitar tahun 1930-an, Subarjo tampaknya terpikat
            dengan slogan “Kembali ke Asia” terhadap masyarakat dunia sejak Jepang keluar
            dari  Liga  Bangsa-bangsa,  Subarjo  mencari  jalan  keluar.  Akhirnya  ia  memperoleh
            kesempatan  untuk  pergi  ke  Jepang  dan  memperoleh  pekerjaan  dalam  posisi
            sebagai  koresponden  surat  kabar Matahari,  yang  dikelola  Oei Tjiat di  Semarang.
            Dari pekerjaannya inilah, Subardjo dapat membiayai kehidupannya di Jepang.
                                                                           11
                    Dalam salah satu pikirannya, Subardjo menyatakan, ”Jepang adalah satu-
            satunya negara di  Asia yang  dapat  menggabungkan  secara  sempurna peradaban
            teknologi  Barat  dengan  moral  budaya  Asia”.  Tetapi  Jepang  dalam  pandangan
            Subarjo, walaupun sudah membangun industri modern,  Jepang kuat memelihara
            adat tradisi sebagai negara agraris yang terlihat di dalam agama, moral, dan tradisi
            masyarakat yang memiliki hubungan erat dengan dewa-dewa dan setan. Semua itu
            diyakini sebagai suatu yang benar-benar ada. Kesatuan antara dewa dan manusia
                                                      12
            merupakan akar dari Sinto, agama tertua di Jepang.
                    Hal paling penting dalam pengalaman Subardjo adalah bagaimana bangsa
            Jepang  mempersiapkan  diri  sebaik-baiknya  untuk  suatu  cita-cita  besar.  Maka
            Subardjo pun memaparkan upaya Jepang untuk “menguasai” wilayah atau daerah
            yang menjadi tujuan ekspansinya. Dalam upaya mamahami politik Jenderal Baron
            Tanaja, Perdana Menteri Jepang tahun 1927, Subardjo menulis:

                    “..saya mulai mengerti kenapa perpustakaan per-kereta-api an Manchuria
                    Selatan ini diatur sedemikian rapi. Memorial Tanaka antara lain memuat
                    rencana  politik  yang  bersemangat  sebagai  berikut:  untuk  mengatasi
                    kesulitan-kesulitan di Asia Timur, Jepang harus menjalankan “politik Darah
                    dan  Besi”.  Untuk  merebut  dunia,  Jepang  harus  mengalahkan  Eropa  dan
                    Asia;  untuk  mengalahkan  Eropa  dan  Asia,  Jepang  pertama-tama
                    mengalahkan  Cina;  untuk  mengalahkan  Cina,  Jepang  harus  merebut
                    Manchuria  dan  Mongolia.  Jepang  mengharap  dapat  melaksanakan
                    rencana ini dalam 10 tahun”
                                           13

                    Fakta  menarik  lainnya  yang  memesona  Subardjo  pada  Jepang  adalah
            bahwa  bukan  hanya  keterangan  tentang  Manchuria  yang  diperoleh  di
            perpustakaan, tetapi juga karena berbagai tulisan yang sangat terperinci mengenai
            Asia  Tenggara  dan  khususnya  Hindia  Belanda.  Dalam  ketakjubannya,  Subardjo
            mengatakan bahwa untuk membuat disertasi doctor tentang hukum ia tidak harus
            pergi  dan  belajar  ke  Leiden.  Dalam  otobiografinya,  ia  mengatakan  begitu
            banyaknya  jumlah  buku  tentang  hukum  hasil  karya  Snouck  Hurgronje,
            Colenbrander, terbitan Bataafsche Genootschap voor Kunsten en Wetenschappen,



                                             18
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32