Page 29 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 29

INDONESIA—JEPANG, 1900—1941 :
                       HUBUNGAN ANTARBANGSA DALAM PERSPEKTIF HISTORIS

            karakternya  sebagai  sumber  informasi  untuk  mengungkap  hal-hal  bersifat  hakiki
            dalam diri  manusia,  seperti  mengenai  aspirasi, cita-cita,  harapan,  semangat,  pun
            rasa takut dan lain sebagainya.

            Ekspansi dan Penetrasi Ekonomi Jepang

                    Dalam periodesasi sejarah Indonesia, tahun 1930-an dikenal sebagai masa
            sulit bagi kaum pergerakan terutama karena sikap dan kebijakan politik keras dari
            Gubenur  Jenderal  de  Jonge.  Oleh  karena  itu  masa  ini  juga  disebut  juga  sebagai
            “masa  bertahan”.  Dengan  nada  congkaknya,  gubernur  jenderal  inilah  yang
            mengatakan “ kami telah 300 tahun berada  di Hindia dan akan 300 tahun lagi…”.
            Dari konstatasi inilah muncul ungkapan “Indonesia dijajah selama 350 tahun…”. Di
            dalam  masa  sulit  itulah  barang-barang  produksi  Jepang  “membanjir”  ke  Hindia
            Belanda. Dalam kaitan itu Ir. Sukarno menulis “ Impor Dari Japan Suara Rachmat
            Bagi Marhaen ?” :

                    “ ada orang mengatakan (sangat dangkal, menurut Sukarno) “..di dalam
                    zaman  meleset  ini,  dimana  Marhaen  hidup  hanya  dengan  sebengggol
                    sehari,  Japan  telah  memasukkan  barang-dagangan  di  Indonesia  yang
                    murah  keliwat-murah:  Kemeja  lima  belas  sen,  handuk  lima  sen,
                    saputangan  dua  sen,  piring  empat  sen,--dan  begitu  seterusnya!--,  itu
                    belum pernah kejadian di Indonesia sebelum zaman sekarang ini. Jagoan
                    dimata saudara ini adalah suatu deus machina, suatu dewa penulung yang
                    datang  dari  langit,  bagi  Marhaen  yang  kini  begitu  kekurangan  uang  …
                    Tetapi,  tetapi  !  apakah  benar  kita  wajib  memuji  impor  dari  Japan  ini
                    sampai  muluk-muluk,  membilang  terima  kasih  di  atasnya  sampai  habis-
                    habisan, mengeramatkan kepadanya sampai semua radikalisme yang ada
                    di  dalam  dada  kita  habis  kabur  kekayangan?  Apakah  benar  impor  dari
                    Japan  itu  kita  pandang  sebagai  rakhmat  bagi  Marhaen,  sehingga  pantas
                    kita sokong dan pantas kita aju-ajukan?. Awaslah awas, sekarang barang
                    Japan  murah,  sekarang  barang  Japan  itu  seakan-akan  meringankan
                    nasibmu,  tetapi  nanti,  kalau  imperialisme  Japan  itu  sudah  menang
                    persaingannya  dengan  imperialisme  Barat,  nanti  kalau  ia  sudah
                    menggagahi sendiri seluruh pasar di benua Timur ini, nanti kalau tidak ada
                    konkurensi lagi dari Barat, nanti ia naikkan harga barang-dagangannya itu,
                    memahalkan  barang-dagangannya  itu,  memberatkan  nasibmu  sampai
                    kepada  dasar-dasarnya  kamu  punya  kantong  dan  dasar-dasarnya  kamu
                                   16
                    punya bakul nasi”.





                                             20
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34