Page 72 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 72
HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH
Pemerintah militer Jepang menyadari pentingnya menjalin kerjasama
dengan penduduk lokal. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah menguasai
perusahaan film Belanda, yaitu Multifilm Batavia di Jawa, dan mengisi program-
programnya sesuai dengan kepentingan propaganda mereka. Djawa Eiga Kosha
10
berdiri pada 1 Oktober 1942 dan mulai memproduksi film-film propaganda. Film-
film yang menggambarkan suasana perang — seraya menonjolkan keperkasaan
pasukan Jepang melawan Amerika — sangat disukai oleh penduduk Jawa, terutama
mengelar tontonan ke pelosok-pelosok desa. Jepang juga memandang bahwa seni
rupa, sastra, drama, serta bentuk-bentuk kesenian lainnya perlu dilibatkan untuk
memperkokoh indoktrinasi.
11
Pada April 1942 pihak militer Jepang membentuk Sendenbu, sebuah
departemen independen terpisah dari Seksi Penerangan militer IJA - yang lebih
bertanggung jawab atas informasi yang menyangkut operasi militer. Sementara
Sendenbu mengurus masalah sipil. Pihak militer Jepang sebenarnya tidak terlalu
mempercayai kalangan sipil untuk mengendalikan Sendenbu. Itulah alasan
mengapa kemudian Sendenbu selalu diketuai oleh tentara. Pada awalnya,
Sendenbu tidak hanya bertindak sebagai kantor administratif, melainkan juga
secara langsung menjalankan operasi propaganda. Ketika struktur pemerintahan
militer perlahan berjalan semakin rumit, sejumlah biro khusus yang bertanggung
jawab atas bidang propaganda yang berbeda-beda dibentuk sebagai badan-badan
di luar departemen dari Sendenbu, dan operasi propaganda dipercayakan kepada
12
mereka. Sendenbu memiliki tiga seksi, yaitu seksi administrasi, seksi berita dan
pers, serta seksi propaganda. Orang sipil hanya mengetuai seksi propaganda. Selain
itu dibentuk extra-department di dalam tubuh Sendenbu yang bekerja di lapangan
propaganda lainnya. Program propaganda melalui seni-budaya segera disusun
secara sistematis. Di bawah kendali Sendenbu, jaringan propaganda ini kelak
meluas ke kota-kota besar: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya
sebagai “unit operasi distrik”. Setiap unit meliputi 3 – 4 keresidenan. Unit Jakarta,
misalnya, menjangkau Banten, Bogor dan Kotamadya Jakarta.
Sekitar setahun setelah Jepang menduduki Jawa, empat tokoh politik
Indonesia terkemuka, yakni Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan
13
Kyai Mas Mansoer membentuk Poetera (Poesat Tenaga Rakjat). Organisasi ini
terbagi ke dalam sejumlah seksi seperti pendidikan, propaganda, kebudayaan,
kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Tujuan umumnya adalah menggalang
kekuatan rakyat bersama Jepang untuk memenangi perang Asia Timur Raya (dai
toa no senso). Seksi kebudayaan dipimpin oleh Soewandhi dengan wakil S.
Sudjojono dan dibantu antara lain oleh Affandi, Hendra Gunawan, dan Henk
63