Page 73 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 73
MENEMUKAN IDENTITAS MELALUI PROPAGANDA
SENI RUPA INDONESIA DI ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG
Ngantung. Di bawah seksi inilah, S. Sudjojono sempat menggelar program pameran
pameran tunggal karya Affandi, Basuki Abdullah, Kartono Yudokusumo, dan
Nyoman Ngendon.
Poetera sangat berhati-hati dalam menentukan langkah di setiap
kesempatan yang mereka diperoleh untuk mencapai tujuan sendiri. Akan tetapi,
meskipun dibentuk oleh tokoh pergerakan dari kalangan Indonesia dan menyimpan
agenda tersendiri bagi kepentingan Indonesia, Poetera — yang pembentukannya
didukung secara finansial oleh militer Jepang — sebenarnya tidak bisa melepaskan
diri dari strategi besar propaganda yang bertumpu pada konsep kemakmuran
imperium Asia Timur Raya (konsep yang dikembangkan semasa Era Showa oleh
pemerintah dan militer Jepang di bawah Kerajaan Jepang yang mencerminkan
hasrat akan kemandirian blok Asia yang dipimpin oleh Jepang dan terbebas dari
kekuataan bangsa Barat). Manifestasi agenda Jepang ini terbukti melalui salah satu
pameran Poetera bertema “Memenangkan Perang Asia Timur Raya”. Pameran
yang mendahului keinginan Jepang ini berhasil digelar di pasar malam Rakoetentji
14
Jakarta pada 8 Desember 1942.
Pada mulanya, tak lebih dari sebulan setelah menduduki Jawa, pihak
militer Jepang mengumpulkan seniman di Jakarta. Maksudnya adalah mengaktifkan
kembali keterlibatan seniman dalam propaganda pembangunan “masyarakat baru
Indonesia” di bawah pemerintahan Jepang. Seniman-seniman Indonesia,
khususnya mereka yang sebelumnya tergabung ke dalam Persagi dan dibubarkan,
tidak menyia-nyiakan ajakan ini. Di mata mereka ajakan tersebut merupakan
peluang untuk membina perkembangan seni rupa di tanah air. Dari hasil
pertemuan tersebut, Jepang menyatakan niatnya untuk mengadakan pameran
dengan tema kemenangan perang. Namun, di luar dugaan, seniman-seniman
Indonesia justru berhasil mendahului rencana Jepang. Mereka mendesak Soekarno
agar pameran “Memenangkan Perang Asia Timur Raya”berhasil diselenggarakan.
Kesuksesan pameran Poetera segera meramaikan medan seni rupa
Indonesia karena memunculkan nama-nama baru. Sementara pihak Jepang
memantau dinamika ini secara seksama. Tak lama, mereka kemudian menggelar
sayembara dengan tujuan menghitung seberapa besar kuantitas maupun kekuatan
seniman-seniman Indonesia. Tentu saja, Jepang memiliki agenda tersendiri dengan
menggiatkan tema-tema yang bersemangat perang; mempropagandakan
pembangunan rakyat; menebalkan itikad kerjasama suci antara Indonesia-Jepang;
serta penggalian semangat ketimuran dalam karya-karya seni lukis Indonesia.
64