Page 94 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 94

HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH



            Catatan Akhir

            1  Jim Supangkat. (1997). Indonesian Modern Art and Beyond. Jakarta: The Indonesian Fine
            Arts Foundation, hal.44.
            2  Perhatikan angka tahun 1945 yang dijadikan tahun pendirian Keimin Bunka Shidosho. Saya
            ingin  sekali  menduga  penyebab  kekeliruan  ini  hanyalah  karena  salah  ketik  belaka  sebab
            Sanento Yuliman dikenal sebagai kritikus seni rupa Indonesia yang sangat teliti.
            3  Sanento Yuliman. (1976). ibid. hal.11.
            4  Kusnadi.  (1990-1991).  Seni  Lukis  Zaman  Pendudukan  Jepang  dan  Awal  Republik  dalam
            Mochtar  Kusumaatmadja  (ed.),  Perjalanan  Seni  Rupa  Indonesia:  Dari  Zaman  Prasejarah
            Hingga Masa Kini.. Jakarta: Panitia Pameran KIAS. hal. 83.
            5  Aiko Kurasawa. (1993). Mobilisasi dan Kontrol: Studi Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa
            1942-1945,. Jakarta: Grasindo.  hal. 229.
            6  Mitsuo Nakamura. (1970). General Imamura And The Early Period of Japanese Occupation,
            Jurnal Indonesia Vol.10. Ithaca: Southeast Asia Program Publication Cornell University. hal. 2.
                                                                        th
            7  Pada  masa  itu Indonesia terbagi ke dalam  3  wilayah:  Jawa  di  bawah  The  16   Army IJA;
            Sumatera di bawah the 25  Army; dan Celebes (Sulawesi), Borneo (Kalimantan), West New
                                th
            Guinea (Papua Barat) di bawah Angkatan Laut Jepang.
            8  Informasi  ini  saya peroleh  dari Matsuura  Jin-kurator  Fukuoka  Asian  Art Museum (FAAM)
            yang menginformasikan seluk-beluk keberadaan grup propaganda ini.
            9  Mitsuo  Nakamura,  ibid.,  (1970),  hal.  9.  Diskusi-diskusi  awal  yang  dilakukan  oleh  grup
            propaganda ini menggambarkan kendala yang mereka hadapi. Selain kendala komunikasi–
            mengingat  hanya  sedikit  penguasaan  bahasa  Indonesia  –  Jepang  berhadapan  dengan
            propaganda dari pihak Belanda yang menjelek-jelekkan invasi mereka di Jawa. Dari diskusi
            tersebut,  diputuskan  untuk  menetapkan  penggunaan  bahasa  Melayu  dalam  propaganda.
            Jepang kemudian memberikan banyak rangsangan untuk pengembangan dan penggunaan
            bahasa  Indonesia.  Lihat  W.  F.  Wertheim.  (1999).  Masyarakat  Indonesia  dalam  Transisi.
            (Yogyakarta: Tiara Wacana. hal. 247.
            10  Untuk tinjauan lebih jauh, lihat Aiko Kurasawa, ibid., hal. 66-68 dan Okada Hidenori, Probin
            a Void in Documentary Film History: The Rise and Fall of Nippon Eigasha Jakarta Studio di
            http://www.yidff.jp/, diunduh pada Januari 2008.
            11  Djawa Eiga Kosha kemudian pindah ke Keimin Bunka Shisosho.
            12  Aiko Kurasawa, ibid. (1993), hal.229-230.
            13  Ada  berbagai  cara  dalam  mencermati  perihal  berdirinya  Poetera.  Beberapa  sumber
            menyebut tahun 1942 dan sumber lain mengatakan bahwa Poetera diresmikan pada 1 Maret
            1943. Lihat majalah Djawa Baroe, No.5, 1 Maret 1943. Namun, dalam Djawa Baroe, No.1, I
            Januari 1943 ditulis tanggal 8 Desember 1942, bertepatan dengan perayaan setahun perang
            Asia  Timur  Raya  dan  pameran  Poetera  yang  pertama,  lihat  juga  Noerhadi  Soedarno,
            POETERA (Poesat Tenaga Rakjat), (Jakarta: Tintamas, 1982), hal.12. Soedarno menyebutkan
            bahwa POETERA – ketika itu masih bernama Panitia Badan Persiapan Gerakan Baru -  berdiri
            guna menyambut peringatan satu tahun pemboman Teluk Mutiara Hawai. Dalam pengantar
            cetak  ulang  majalah  Djawa  Baroe,  Aiko  Kurasawa  menyebutkan  bahwa  Poetera  didirikan
            pada 9 Maret 1943 bertepatan dengan genapnya setahun pendudukan Jepang di Jawa (Shin
            Jawa Sai) – dengan menyerahnya Belanda pada tanggal yang sama. Dalam pidatonya pada 1
            Maret  1943,  Sukarno  mengatakan  bahwa  gerakan  rakyat  yang  bernama  “Gerakan  Pusat
            Tenaga Rakyat” ini akan diresmikan pada 9 Maret 1943. Lihat petikan pidato Sukarno dalam
            Soedarno, ibid., hal. 13.

                                                85
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99