Page 95 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 95
MENEMUKAN IDENTITAS MELALUI PROPAGANDA
SENI RUPA INDONESIA DI ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG
14 Imam Boechori Zainuddin. (1966). Latar Belakang Sejarah Pembinaan dan Perkembangan
Seni Lukis Indonesia Modern (1935-1950). ITB: Skripsi Sarjana. hal. 36.
15 Poetera diganti menjadi Jawa Hokokai atau Himpunan Kebaktian Rakyat yang dipimpin
oleh pihak militer Jepang dengan Soekarno sebagai penasihat.
16 Menurut Ajip Rosidi keluarnya S. Sudjojono dari Poetera disebabkan oleh pertikaian
pendapat dengan Bung Karno sehubungan dengan rencana pameran Basuki Abdulah. Lihat
Ajip Rosidi. (1977). Pelukis S. Sudjojono. Jakarta: Pustaka Jaya. hal. 31.
17 Aiko Kurasawa, Propaganda Media on Java Under The Japanese 1942-1945, Journal
Indonesia Vol.44, (Ithaca: Southeast Asia Program Publication Cornell University, 1987), hal.
92.
18 Majalah Djawa Baroe, No.3.Th.2603. Lihat juga Djawa Baroe, No.6.Th 2603
19 Aiko Kurasawa, ibid., (1987), hal.61.
20 Dipetik dari A.D. Pirous. (2003). Melukis itu Menulis: Kumpulan Tulisan A.D.Pirous Tentang
Seni Rupa dan Kebudayaan. Bandung: Yayasan Serambi Pirous dan Penerbit ITB. hal. 4
21 A.D.Pirous, ibid., 2003. hal. 4-5.
22 Susunan itu dipetik dari Jawa Nenkan, almanak pemerintah militer Jepang yang terbit
pada awal 1944 dan dicetak ulang pada 1973. Berdasarkan sumber yang lain, dalam susunan
pengurus Keimin Bunka Shidosho, khususnya dalam seksi seni rupa, terdapat nama yang
berbeda-beda. Hal ini membuat banyak kerancuan dan sangat membingungkan. Disebutkan,
misalnya, bahwa Agus Djaya adalah ketua Keimin Bunka Shidosho. Lihat Hilda Soemantri
(ed.). (1998). Indonesian Heritage: Visual Art. Singapore: Archipelago Press. hal. 52. Adapun
Imam Boechori menulis bahwa R. M. Subanto Suryasubandrio adalah pemimpin organisasi
dari bangsa Indonesia dan Setioso berperan sebagai ketua yang dibantu oleh Emiria Sunassa,
Sukirno, Moch. Saleh, S. Tutur, Surono, Abdul Salam, dan Sastradiwirya. Lihat Imam Boechori
Zainuddin, ibid., hal. 44. Nama-nama itu kiranya adalah anggota pemeliharaan seni rupa
yang dibentuk oleh Keimin Bunka Shidosho pada 26 Desember 1943. Selain itu ditemukan
sejumlah perbedaan pada pembagian seksi. Sumber lain menuliskan “departemen seni
pertunjukan” (performing arts) yang terdiri atas teater, tari, dan film. Lihat Aiko Kurasawa,
ibid., (1987), hal.61.
23 Dari sumber lain susunan pengurus di Bagian Seni Rupa terdiri atas Kohno – Ono – Yasioka
– Yamamoto (Pimpinan Utama); R.M. Subanto Suryobandrio (Pimpinan); Setioso, emiria
Sunnasa, G.A.Sukirno, Mohamad Saleh, S. Tutur, Surono, Abdul Salam – Sastradiwirdja
(Pembantu). Bandingkan dengan susunan pengurus Bagian Seni Rupa ini dalam majalah
Kebudayaan Timur, No.2, Keimin Bunka Shidosho, 26 Desember 2603. Dipetik dari A. D.
Pirous, ibid., 2003, hal.5.
24 Disarikan dari majalah Djawa Baroe edisi 1 Januari 1943 sampai dengan edisi terakhir 1
Agustus 1945. Tentu saja, mengingat masih terdapatnya surat kabar yang terbit pada masa
itu seperti Asia Raya (Jakarta), Tjahaja (Bandung), Sinar Matahari (Jogjakarta), Soeara Asia
(Surabaya), dan sebagainya, kelangkapan data pameran bisa disempurnakan di kemudian
hari. Lihat juga Imam Boechori Zainuddin, ibid.,hal. 46-47. Kegiatan pameran Keimin Bunka
Shidosho memperlihatkan prestasi tinggi sebagaimana yang terbukti dari 14 kali pameran
lukisan untuk Jakarta saja. Majalah Pandji Poestaka, misalnya, melaporkan salah satu
pameran terbesar dalam peringatan hari lahir Kaisar Jepang (Tenno Heika: Tencho-setsu) di
Gedung Pusat Kebudayaan, Jakarta yang diikuti 60 pelukis muda. Pemerintah Jepang
membeli 9 lukisan untuk diikutsertakan dalam pameran keliling Asia Timur Raya. Diberitakan
86