Page 91 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 91

MENEMUKAN IDENTITAS MELALUI PROPAGANDA
                       SENI RUPA INDONESIA DI ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG


                    Akan  tetapi,  terdapat  pandangan  yang  justru  menilai  bahwa  lukisan-
            lukisan  dalam  pameran  tersebut  masih  bernuansa  Barat.  Soemarno
            Soetoesoendoro, pengamat seni yang selalu kritis terhadap pencapaian seni lukis
            Indonesia, memberikan penilaiannya yang tajam:

                    ....yang  patut  disayangkan  ialah  bahwa  pelukis-pelukis  kita,
                    karena meminjam cara dan alat-alat dari Barat itu, mereka dalam
                    lukisan-lukisannya sangat dipengaruhi oleh aliran seni lukis Barat,
                    hingga dalam lukisan-lukisan mereka tak mengandung jiwa, rasa,
                    dan  semangat  ketimuran.  Bahkan  dalam  waktu  pemerintah
                    Belanda,  kelihatannya  pelukis-pelukis  kita  memang  sengaja
                    membuang  jiwa,  rasa,  dan  semangat  ketimuran  tadi,  dalam
                    lukisan-lukisan mereka.
                                       42

                    Claire  Holt  memperkuat  argumen  tersebut.  Pengaruh  kesenian  Jepang
            sendiri  tidak  menancap  terlalu  kuat.  Di  balik  retorika  “corak  Timur”  yang
            dicanangkan  di  mana-mana,  para  seniman  sebenarnya  cenderung  menoleh  ke
            Barat:

                    It  was  during the  Japanese  occupation  that  Western  music and
                    painting  acquired  an  enthusiatic  following....in  contrast  there  is
                    little clearly identifiable Japanese influence discernible in modern
                               43
                    Indonesia art.

                    Upaya  membebaskan  diri  dari  estetika  Barat  dan  komitmen  dalam
            menemukan itu mendapat puncaknya dalam pernyataan Agus Djaya yang ketika itu
            gencar menghimbau agar pelukis-pelukis jangan memandang ke arah Barat, sebab
            Barat sendiri, menurut Agus, sedang mencari kesenian baru dengan memandang ke
            Timur  sebagiamana  yang  tampak  pada  van  Gogh,  Cezanne,  Gauguin,  Debussy,
            Mallarme.  Namun,  apakah  program  “kembali  ke  Timur”  ini  berhasil?  Keinginan
                     44
            Jepang untuk membebaskan Indonesia dari pengaruh Barat sebenarnya melahirkan
            paradoks.  Generasi  muda  dari  lingkungan  intelektual,  bagaimanapun,  telah
            mengalami  Westernisasi  selama  bertahun-tahun.  Mereka lebih  suka  berdiam  diri
            dan  mengkompensasikan  diri  karena  tiadanya  fasilitas  pendidikan.  Walhasil,
            mereka akhirnya belajar sendiri dan mendidik diri sendiri. Hasil yang paling kentara
                                                                 45
            adalah bangkitnya antusiasme terhadap musik dan lukisan Barat.





                                             82
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96