Page 139 - BUKU LIMA - DINAMIKA DAN PERANAN DPR RI DALAM MEMPERBAIKI KEHIDUPAN BERNEGARA PADA ERA REFORMASI 1998-2018
P. 139

DPR RI 1999-2004:
                                                                                         Kiprah dan Upaya Mengawal
                                                                                            Kehidupan Berdemokrasi




                                                  kurang dari 325.000, provinsi yang memiliki kuota antara 325.000
                                                  hingga 425.000 serta provinsi yang memiliki kuota lebih dari 425.000.
                                                  Kendati sudah diklasifikasikan menjadi tiga jenis daerah tersebut,
                                                  namun Provinsi Maluku Utara, Irian Jaya yang muncul sebagai provinsi
                                                  hasil pemekaran, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
                                                  Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua memiliki kuota kurang dari
                                                  325.000 minimal akan memiliki tiga kursi seperti hasil Pemilu 1999.

                                                  3.9.      Akhir DPR Periode 1999-2004

                                                       Akhir DPR periode 1999-2004 ditandai dengan laporan Ketua
                                                  DPR yakni Akbar Tanjung kepada MPR atas kinerja DPR dalam Sidang
                                                  Tahunan MPR. Ketua MPR yakni Amien Rais menyebut sidang yang
                                                  diselenggarakan pada 23-26 September 2004 tersebut dengan
                                                  istilah Sidang Masa Transisi karena saat itu MPR masih bertugas
                                                  dengan landasan Undang-Undang Dasar 1945 sebelum amandemen
                                                  kendati dalam mekanismenya Sidang Tahunan MPR tersebut sudah
                                                  mengadopsi amandemen UUD 1945. Hal ini terlihat bahwa presiden,
                                                  Mahkamah Agung (MA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan
                                                  Perwakilan Rakyat (DPR) dan Mahkamah Konstitusi (MK) tidak lagi
                                                  mempertanggungjawabkan kinerja mereka kepada MPR dalam Sidang
                                                  Tahunan tersebut namun hanya melaporkan kinerja mereka selama
                                                  satu tahun tanpa harus memperhatikan laporan mereka akan diterima
                                                  atau ditolak oleh MPR. Fraksi-fraksi di MPR sendiri hanya memberikan
                                                  tanggapan atas laporan yang disampaikan oleh sejumlah lembaga
                                                  tinggi negara tersebut. Kondisi demikian tidak terlepas dari adanya
                                                  perubahan kedudukan MPR dalam UUD 1945 setelah dilakukannya
                                                  amandemen ketiga pada tahun 2001. Sebelum amandemen tersebut,
                                                  MPR adalah lembaga tertinggi negara yang membawahi lembaga tinggi
                                                  negara lainnya selanjutnya menjadi suatu lembaga negara yang terdiri
                                                  dari dua kamar parlemen yakni DPR dan Dewan Perwakilan Daerah
                                                  (DPD).
                                                         Perubahan laporan pertanggungjawaban sejumlah lembaga
                                                  tinggi negara menjadi sebuah laporan kinerja seiring dengan adanya
                                                  amandemen UUD 1945 merupakan sebuah perubahan signifikan
                                                  dalam periode transisi. Bahkan menurut Ketua DPR Akbar Tanjung,
                                                  DPR tidak harus menyampaikan laporan tersebut kendati Ketetapan
                                                  MPR mengharuskannya. Hal ini karena sebagian besar anggota MPR
                                                  yang berjumlah 700 orang, sebanyak 500 anggota juga merupakan
                                                  anggota DPR. Ketua DPR mengakui bahwa Ketetapan MPR No. II/2001





                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   133
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144