Page 153 - BUKU LIMA - DINAMIKA DAN PERANAN DPR RI DALAM MEMPERBAIKI KEHIDUPAN BERNEGARA PADA ERA REFORMASI 1998-2018
P. 153

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN




                                                  menjaring pencalonan dari kader-kadernya. Persyaratan khusus itu ialah
                                                  para caleg telah aktif dalam partai minimal selama lima tahun. 136
                                                       Dalam proses penjaringan calon anggota legislatif, profil para
                                                  calon caleg memperlihatkan kecenderungan yang sama dalam tiga
                                                  hal, yaitu pertama, dominasi pengurus partai, baik pengurus tingkat
                                                  kabupaten/kota maupun pengurus tingkat kecamatan. Kasus ini banyak
                                                  ditemukan dalam daftar caleg semua partai. Dominasi pengurus partai
                                                  yang mencalonkan diri menjadi caleg mencapai 80-90 persen, seperti
                                                  di PDIP, Golkar, PPP dan PKB di daerah yang berbeda-beda.
                                                       Latar belakang sosial para caleg di setiap daerah memiliki kekhasan
                                                  tersendiri. Di Sulawesi Selatan, kebangsawanan menjadi salah satu faktor
                                                  penting yang menentukan bagi seseorang untuk menjadi caleg, apalagi
                       ...tidak hanya             di nomor-nomor urut teratas dalam daftar caleg. Struktur masyarakat

                         didominasi               Sulawesi Selatan yang cenderung feodalistik, memberi peluang besar bagi
                                                  mereka yang berasal dari kalangan bangsawan – mereka yang memiliki
            pengurus, melainkan
                                                  gelar kebangsawanan seperti “Andi”, “Daeng”, dan “Karaeng” – untuk
             juga pengurus yang                   menjadi caleg di daerahnya masing-masing. Yang menarik, kecenderungan
            berasal dari kalangan                 tersebut tidak hanya ada di partai Golkar yang berpandangan konservatif,

                        bangsawan.                melainkan juga berlangsung pada partai baru yang berorientasi dan
                                                  memiliki platform modern seperti Persatuan Demokrasi Kebangsaan
                                                  (PPDK). Oleh sebab itu, dalam kasus Sulawesi Selatan, daftar caleg Golkar
                                                  dan PPDK misalnya, tidak hanya didominasi pengurus, melainkan juga
                                                  pengurus yang berasal dari kalangan bangsawan.
                                                       Di Banten, golongan jawara ikut menentukan apakah seorang caleg
                                                  dipandang memiliki basis dukungan atau tidak dalam masyarakat. Jawara
                                                  memiliki peran yang strategis dalam masyarakat Banten. Oleh sebab itu
                                                  mereka banyak dimanfaatkan oleh partai-partai politik untuk meraup
                                                  suara bahkan sejak masa Orde Baru. Pada era Suharto, jawara menjadi
                                                  mesin politik Golkar untuk memobilisasi dukungan, dan keadaan itu
                                                  terus berlanjut pada era reformasi dan transisi demokrasi. Tiga partai
                                                  besar di Banten yakni PDIP, Golkar, dan PPP masih memanfaatkan jawara,
                                                  tidak hanya sebagai plotting bagi struktur partai setempat, melainkan
                                                  juga sebagai sumber caleg yang diajukan untuk Pemilu 2004.
                                                                                                          137
                                                       Di sebelah timur pulau Jawa atau yang akrab disebut sebagai
                                                  daerah “tapal kuda”, kyai dan ulama atau para sepuh tokoh Islam
                                                  – termasuk keturunan genealogis kyai dengan gelar “gus” – turut
                                                  menentukan peluang seseorang menjadi caleg selain faktor gender yang


                                                  136   Ibid., Hal. 11.
                                                  137   Ibid., Hal. 18.




                                     dpr.go.id   148
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158