Page 27 - MAJALAH 106
P. 27

Subsidi BBM dan Beban
            Anggaran

              Kenaikan harga minyak dunia
            mulai tahun 2005 yang mencapai
            lebih dari 70 dolar AS menghadapkan
            pemerintah pada situasi yang
            semakin dilematis dalam mengelola
            kebutuhan BBM bersubsidi atau
            kebutuhan energi secara umum.
            Subsidi BBM yang terus mengalami
            kenaikan di luar ambang batas aman
            secara psikologis bagi APBN akan
            semakin membebani keuangan
            negara. Kondisi ini akan semakin
            menempatkan pemerintah pada
            ruang gerak yang sempit.

              Tidak hanya itu, faktor status Indo-
            nesia sebagai net importer minyak
            bumi dan keluarnya keanggotaan In-
            donesia dari OPEC pada tahun 2008
            turut mengurangi ketahanan energi
            secara nasional. Indikasinya, target
            lifting minyak dalam beberapa tahun
            terakhir terus merosot. Dalam tahun
            ini, Satker Khusus Pelaksana Kegia-
            tan Hulu Migas bahkan baru-baru ini
            melansir bahwa lifting minyak na-
            sional rata-rata hanya berkisar 830-
            850 ribu barel per hari dan meleng-
            gang jauh di bawah yang ditetapkan
            APBN 2013, sebesar 900 ribu barel  yang implikasinya politik anggaran  Agenda Diversifikasi Energi
            per hari. Target ini menjadi target  yang pro-rakyat akan semakin jauh
            terendah sejak era bonansa minyak  dari muaranya.                     Tarik-menarik dalam penentuan
            pada tahun 1970-an dan 1980-an                                      struktur politik subsidi BBM dan
            sebesar 1,6 juta barel per hari. Se-  Persoalannya tentu tidak semata-  dinamika yang menyelimuti dalam
            jalan dengan itu, nilai subsidi BBM  mata hanya pada potensi budget  proses penyesuaian harga BBM
            pun bakal semakin meroket dan al-  crunch. Subsidi energi yang terus  bersubsidi yang melelahkan men-
            hasil akan semakin menggerogoti  meningkat secara kumulatif akan  guatkan adagium bahwa ketahanan
            kemampuan anggaran pemerintah  berefek bola salju bagi perekono-    energi mulai memasuki fase titik kri-
            apalagi dalam lima tahun terakhir  mian secara umum karena resiko  tis. Dalam jangka panjang, skenario
            kecenderungannya terus menga-     menurunnya stimulus APBN. Argu-   terburuk bisa saja terjadi jika peme-
            lami kelebihan kuota APBN.        mennya sederhana, meningkatkan  rintah tidak mau berpikir out of the
                                              subsidi energi akan berdampak  box. Dalam koridor pemaham an
              Bagaimana pun dengan melihat  terhadap belanja modal. Argumen  ini, energi, meminjam kaum devel-
            fenomena over kuota BBM bersub-   ini bukan isapan jempol di tengah  opmentalists, menjadi sangat vi-
            sidi selama lima tahun terakhir prak-  semakin limbungnya perekono-  tal bagi pembangunan. Ironisnya,
            tis nilai subsidi sampai akhir tahun  mian kawasan dan global yang  agenda penghapusan subsidi BBM
            pun akan mengalami hal yang sama  cenderung semakin tidak bersaha-  secara total dinilai menjadi sebuah
            apalagi jika kita kaitkan dengan tiga  bat dalam upaya mempertahankan  diskursus yang ‘norak’ dan lebih eks-
            momentum hari libur dan besar  momentum pertumbuhan ekonomi  trem lagi, malah sebagai ‘bunuh diri’
            nasional seperti hari raya qurban,  nasional yang telah kita raih dalam  politik.
            perayaan natal dan tahun baru. Itu  beberapa tahun terakhir. Dari per-
            artinya, jika inisiatif kebijakan tero-  spektif inilah, politik pengelolaan   Demi pengamanan kepentingan
            bosan pembatasan konsumsi BBM  energi negara yang lebih tough, ha-  yang sangat strategis ke depan, misi
            bersubsidi tumpul dalam eksekusin-  rus segera ditancapkan, kalau tidak  pengurangan subsidi harus menjadi
            ya,  persoalan  subsidi  BBM  akan  dapat disebut, dipaksakan.      peletak dasar sekaligus leverage
            terus menyandera politik anggaran                                   pemerintah  dalam  menuntaskan


                                                                                PARLEMENTARIA  EDISI 106 TH. XLIII, 2013  27
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32