Page 10 - MAJALAH 100
P. 10

PESAN PIMPINAN



          ataupun sentralisasi yang ekstrim,
          cenderung akan menciptakan
          instabilitas pemerintahan yang
          akan bermuara pada konflik yang
          elitis dan tidak berpihak kepada
          peningkatan kesejahteraan rakyat.
          Namun dalam perjalanannya, pada
          UU No. 32 Tahun 2004, walaupun
          urusan Pemerintahan sudah dibagi
          antar-tingkatan pemerintahan
          secara sistematik antara Pemerintah
          Pusat, provinsi dan kabupaten/
          kota, namun dalam pelaksanaannya
          masih belum optimal.

           Reformasi UU tentang
          Pemerintahan Daerah

           Sejak reformasi, kita telah dua
          kali membentuk UU yang berkaitan
          dengan Pemerintahan Daerah,
          yaitu UU No. 22 Tahun 1999 dan
          UU No. 32 Tahun 2004 yang telah
          beberapa kali diubah terakhir
          melalui lahirnya UU No. 12 Tahun
          2008 tentang Perubahan atas
          UU No. 32 Tahun 2004 tentang
          Pemerintahan Daerah. Dengan
          diberlakukannya UU No. 32 Tahun
          2004, maka dilakukan penataan    menjadi kepada rakyat. Konsep     signifikan dari standar pelayanan
          pembagian urusan pemerintahan    Laporan Pertanggungjawaban        minimal (SPM). Fenomena sosial
          yang makin jelas antara Pemerintah   (LPJ) kepada DPRD menjadi     ekonomi empiris menunjukkan
          Pusat dengan Pemerintah Provinsi   konsep Laporan Keterangan       bahwa aspek politik yang
          dan Pemerintah Kabupaten/Kota.   Pertanggungjawaban (LKPJ)         berkembang sangat dinamis,
          Seperti diketahui, UU No. 32 Tahun   kepada DPRD. LKPJ bukan       belum berjalan simetris dengan
          2004 menerapkan konsep urusan    menjadi instrumen untuk           pencapaian aspek kesejahteraan
          secara konkuren (concurrent      melakukan politik impeachment,    rakyat. Sehingga, muncul
          functions) antara Pusat, Provinsi,   tetapi lebih berfungsi sebagai   anggapan bahwa otonomi daerah
          dan Kabupaten/Kota. Setiap       semacam progress report kepala    belum mampu memberikan proses
          urusan dibagi berdasarkan kriteria   daerah kepada DPRD dalam      pelayanan publik secara maksimal
          tersebut, melahirkan urusan      menyelenggarakan pemerintahan     dan sebaliknya justru kadangkala
          yang ditangani oleh pihak pusat,   daerah.                         membawa masalah terjadinya
          provinsi, dan kabupaten/kota.                                      inefisiensi penyelenggaraan
                                             Selama pelaksanaan UU No.       pemerintahan di tingkat lokal.
           Di samping masalah penanganan   32 Tahun 2004, secara empirik
          urusan pemerintahan, UU No. 32   masih dirasakan adanya beberapa     Sehubungan rangkaian
          Tahun 2004 tentang Pemerintahan   permasalahan, yang kalau         perkembangan di atas, terkait
          Daerah, juga telah didorong      dibiarkan akan mengganggu         draft RUU tentang Pemda yang
          lahirnya pemilihan langsung      efektivitas penyelenggaraan       merupakan usulan Pemerintah,
          oleh rakyat terhadap kepala      pemerintahan daerah. Setelah      saat ini sedang dalam proses
          daerah (pilkada). Beralihnya     memasuki kurun waktu lebih dari   pembahasan di tingkat Pansus
          proses pemilihan kepala daerah   dua dekade, pelaksanaan otonomi   DPR-RI. Pemerintah membagi
          dari kewenangan DPRD menjadi     daerah masih memerlukan           materi muatan yang terkait proses
          dipilih langsung oleh rakyat,    pembenahan dalam penyediaan       pemerintahan daerah kedalam tiga
          menyebabkan beralihnya           pelayanan publik, khususnya       hal yaitu: UU tentang Pemerintahan
          pertanggungjawaban kepala        yang terkait dengan penyediaan    Daerah, UU tentang Desa dan UU
          daerah, yang tadinya kepada DPRD   pelayanan dasar yang masih      tentang Pilkada.
                                           belum menunjukkan pencapaian


          10  PARLEMENTARIA  EDISI 100 TH. XLIII, 2013
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15