Page 51 - MAJALAH 100
P. 51
dikatakan masyarakat yang serba tidak teratur. Karena politik baru bermuculan. Iman sempat bergabung
itu, hidup di sana penuh kepastian. Kerja keras, dengan Pertai Keadilan (PK) yang kini menjadi Partai
disiplin, menghargai waktu, bagian dari kehidupan Keadilan Sejahtera (PKS). Saat itu, sempat menjadi
masyarakat Jepang,” komentar mantan dosen Ketua Departemen IPTEK-LH, DPP PK. Karena ada
Universitas Borobudur itu. Sebagai muslim, Iman tak aturan bahwa PNS tidak boleh menjadi pengurus
pernah meninggalkan kewajiban salat. Ia bersama partai, ia keluar dari PK dan meneruskan karirnya
teman-temannya kerap mencari ruang kelas yang sebagai peneliti di BPPT selama rentang 1998-2005.
kosong untuk salat. Wawasan dan pengetahuan Iman soal dunia politik,
memang, sudah terbentuk sejak belia. Ketika ada
“Waktu itu ada sekitar 12 mahasiswa yang muslim. tawaran menjadi politisi, ia tak canggung berada di
Kalau lagi main, kita salat di stasiun, taman, itu panggung politik nasional.
biasa. Dan waktu itu orang Jepang tidak mengenal
Islam. Aneh, kita jadi tontonan kalau sedang salat.” Aturan birokrasi belum mengizinkannya berkiprah
Sementara untuk salat Jumat dan Idul Fitri/Adha, secara penuh di partai politik. Ketika masih menjadi
ia biasa salat di KBRI. Di KBRI itu sering banyak peneliti di BBPT, Iman kembali mendapat beasiswa
acara yang mempertemukan para mahasiswa dan program S3 ke Jepang. Kali ini, Pembina Yayasan
warga Indonesia di Jepang. Di KBRI itulah, Iman Pendidikan Nurul Fikri tersebut, menuntut ilmu di
kerap bertemu dengan Uswindraningsih Titus, Japan Advanced Institute of Science and Technology
mahasiswi yang sama-sama sedang studi di Jepang (JAIST) di Ishikawa, Jepang. Di sana Iman mengambil
lewat program beasiswa. Gadis itu adalah adik dari
temannya di IPB yang pernah memberi tahu tentang
program beasiswa tersebut. Kelak gadis itu menjadi
isterinya.
Selama kuliah di Jepang, ia tetap aktif berorganisasi.
Tercatat, Iman pernah aktif di Perhimpunan Pelajar
Indonesia (PPI) Tokyo pada rentang waktu 1987-1994.
Selesai menamatkan S1 pada 1992, Iman mendapat
tawaran bekerja yang cukup menggodanya. Sebuah
perusahan elektronik besar di Jepang memintanya
bergabung. Proyeksinya, setelah 2 tahun bekerja, ia
akan ditempatkan di perusahaan Jepang yang ada di
Indonesia.
Tawaran itu ditampiknya. Iman beralasan posisinya
sebagai PNS di BAKOSURTANAL punya ikatan dinas.
Pihak perusahaan otomotif Jepang berani mengganti
semua biaya studi ikatan dinasnya, asal ia mau
bergabung bekerja. “Setelah saya timbang-timbang,
akhirnya saya menolak itu dan melanjutkan S2. spesialisasi kebijakan industri dan teknologi. “Itu
Artinya, ketika di luar negeri peluang dapat pekerjaan
yang bagus itu luar biasa,” ungkap Iman. pertemuan antara teknologi dengan ekonomi.
Makanya saya harus belajar ekonomi.”
Iman istiqomah dengan pilihan studinya. Justru
pilihan itu kelak membawanya pada puncak prestasi Maret 2004 pulang ke Tanah Air dengan meraih
dan jabatan. Ketua Yayasan Inovasi Teknologi ini, gelar Ph.D. Mantan penyiar Radio NHK, Jepang
itu, kembali sebagai peneliti BPPT. Mei 2004, Iman
melanjutkan studi S2 di TAKUSHOKU University, Tokyo,
Jepang. Ia mengambil Graduate School of Electronics mendapat tawaran untuk ikut mengelola Universitas
Paramadina yang didirikan Nurcholis Majid alias Cak
and Information Engineering. Selesai menamatkan S2
(1994), Iman pulang ke Tanah Air dan bekerja sebagai Nur. Paramadina membentuk semacam konsorsium
untuk menggantikan posisi Cak Nur yang waktu itu
peneliti di BAKOSURTANAL pada 1997-1998. Lalu,
ia sempat pindah bekerja sebagai peneliti di Badan sedang sakit keras berkepanjangan. Tawaran pertama
ia tolak. Lalu memasuki 2005, tawaran kembali datang
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada
1998-2005. dari Paramadina. Kali ini, ia menerimanya dengan baik.
Setelah Cak Nur wafat, beberapa bulan kemudian,
Menjadi Politisi
Iman dipercaya menjadi rektor. Ia berada di puncak
Ketika reformasi bergulir pada 1998, partai-partai jabatan civitas akademika kampus. Selama menjadi
PARLEMENTARIA EDISI 100 TH. XLIII, 2013 51