Page 52 - MAJALAH 122
P. 52

Masa kecil Hafisz dihabiskan di  Ayahnya sendiri menjadi camat se-  tak menyukai, karena malas belajar.
          Kota Palembang. Hafisz kecil tum-  lama 21 tahun. Dia merupakan 10   Kakak perempuan Hafisz memberi
          buh menjadi anak periang dan suka   lulusan terbaik saat mengikuti pen-  perhatian dengan me ngajarinya
          bermain. Bersama sahabat-sahabat  didikan Admi nistrasi Pemerintahan   cara menghitung cepat. Bim bingan
          kecilnya, ia suka sekali bermain  di Bandung. Gubernur DKI Ali Sa-  sang kakak mengubah pandangan
          kelereng di halaman rumah. Saat   dikin waktu itu pernah memintanya   Hafisz kecil. Sejak saat itu, ia me-
          itu bersama keluarga, Hafisz masih  menjadi camat di Kebayo ran Baru,   nyukai matematika. Hasilnya, ia
          tinggal di kota kecil bernama Pen-  Jakarta Selatan. Permintaan Ali Sa-  selalu mendapat nilai 9 di rapor. Se-
          dopo. Selain bermain kelereng, Ha-  dikin ditampiknya, karena ia lebih   lain matematika, dia juga menyukai
          fisz juga suka mancing ikan di sungai   memilih jadi camat di kampungnya  pelajaran bahasa Indonesia, karena
          kecil. Ikan mujair dan betok sering ia   sendiri.                  gurunya lucu dan tegas.
          dapat di su ngai.
                                           Mengawali pendidikan formalnya,  Tamat SD, tahun 1979, Hafisz melan-
          Tak ketinggalan, Hafisz kecil juga  Ha fisz kecil bersekolah di SDN 2   jutkan ke SMP Xaverius 3. Walau
          gila bola. Saat bermain sepakbola, ia   Pendopo, tahun 1972. Setiap pagi ia  belajar di sekolah Katolik, tapi ia
          suka berada di posisi back atau se-  berjalan kaki ke sekolah bersama ka-  tak kehila ngan identitasnya sebagai
          sekali menjadi gelandang yang me-  kak dan adiknya. Selama tiga tahun  siswa muslim yang taat. Setiap sore
          nyuplai bola ke depan untuk mem-  ia bersekolah di sini. Kelas empat   ia belajar mengaji pada seorang guru
          bantu penyerangan. Pertan dingan   sampai enam pindah ke SD Xaverius   asal Aceh bernama Ibu Zainubah.
          sepakbola antarsekolah sering dii-  3, sebuah sekolah Katolik di Palem-  Di rumah, ibundanya juga tak lupa
          kuti. Senangnya mengingat masa   bang. Ayahnya memboyong kelu-     mengajari agama. Bahkan, salat isya
          kecil di kota kelahiran. Hafisz kecil   arga ke pusat kota, karena diangkat  selalu berjamaah bersama keluarga.
          mudah berbaur dengan sahabat-    menjadi Kepala Bagian Personalia  Kadang ibunya yang menjadi imam.
          sahabatnya dari bebagai kalangan.   di Kantor Gubernur Sumsel. Dan   Jadilah Hafisz kecil sosok yang re-
          Walau anak seorang camat yang    pensiun 1982 menjadi Kepala Biro   ligius.
          berpengaruh, ia tak membatasi per-  Pemerintahan Umum.
          gaulan. “Saya bergaul dengan warga                                 Setamat SMP tahun 1982, ia melan-
          setempat tanpa mengenal kelas,” aku  Selama di SD, Hafisz menyukai pe-  jutkan ke SMA Xaverius 1, sekolah
          Hafisz.                          lajaran matematika. Sebelumya ia   favorit di Sumsel, karena banyak je-
                                                                             bolannya yang kuliah di ITB. Ia se-
                                                                             lalu naik angkot selama bersekolah
                                                                             di SMA.

                                                                             Pelajaran matematika terus menjadi
                                                                             favoritnya. Bahkan, Hafisz meraih
                                                                             nilai matematika tertinggi pada nilai
                                                                             ebtanas murni (NEM) di sekolahnya.
                                                                             Persaingan untuk meraih peringkat
                                                                             tertinggi di sekolahnya sangat ketat.
                                                                             Namun, Hafisz tetap berada di ran­
                                                                             king elit.

                                                                             Aktivis Kampus

                                                                             Setamat SMA, Hafisz muda se-
                                                                             betulnya ingin sekali manjadi taru-
                                                                             na TNI AU. Tapi, karena ia menden-
                                                                             gar syaratnya harus bisa berenang,
                                                                             langsung ia me ngurungkan niatnya
                                                                             itu. Kebetulan ia memang tak mam-
                                                                             pu berenang. Ketidak mampuannya
                                                                             berenang sebetulnya dihantui oleh
                                                                             kejadian air bah yang menghanyut-
                                                                             kan banyak orang di kampungnya



          52  PARLEMENTARIA  EDISI 122 TH. XLV, 2015
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57