Page 23 - MAJALAH 157
P. 23
W
ASAN
A
LAPORAN UTAMA
PENG
Saat ini masih banyak
orang tua yang tidak
tanggap dan enggan
memberikan imunisasi
difteri, pertusis, dan
tetanus (DPT) terhadap
anak mereka, hanya
karena takut pada efek
yang ditimbulkan, yakni
suhu badan anak tersebut
akan panas.
persen, sehingga KLB difteri bisa diatasi. FOTO : AZKA/IW
Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf
Macan Effendi sempat memimpin
pelaksanaan ORI di beberapa daerah, Ketua Komisi iX Dpr ri Dede Yusuf Macan Effendi
bekerjasama dengan Kementerian “Mengenai vaksin, Bio Farma sudah ... padatnya lingkungan
Kesehatan RI. Penanganan dengan menyatakan bahwa selama ini mereka
metode ini dinilai Dede membuahkan memproduksi vaksin, 50 persen untuk tempat tinggal pun
hasil, namun tetap membutuhkan lokal dan 50 persen untuk ekspor. Yang juga menjadi salah satu
pemantauan, dan selalu diupayakan ekspor khusus untuk difteri itu ditunda penyebab cepatnya
untuk menuntaskan masalah ini agar dulu, difokuskan untuk lokal. Artinya pola penularan difteri.
tidak ada kasus sama sekali. stok dari mereka untuk 2018 ini aman,
“Sebanyak 85 daerah sudah saya sudah cek,” ungkapnya. Kemudian efek ‘tidak
menyatakan tidak ada lagi wabah. Berkenaan dengan keamanan dan percaya’ terhadap vaksin,
Tahunya dari mana, tahunya dari pasien kehalalan vaksin yang diproduksi Bio lantaran sebelumnya
terakhir yang terkena dua minggu masa Farma, Dede menjelaskan bahwa Bio
inkubasi tidak ada lagi laporan. Artinya Farma telah ditetapkan Organisasi memang telah beredar
sudah drop, sudah hilang,” ungkap Konfrensi Islam (OKI) sebagai penyuplai pemberitaan adanya
Dede, akhir Januari 2018. vaksin untuk negara-negara Islam. Ada vaksin palsu ...
Diketahui, difteri merupakan satu tujuh perusahaan yang sudah disetujui,
penyakit yang sangat menular dengan Bio Farma termasuk yang diakui oleh memberikan imunisasi difteri, pertusis,
masa inkubasi dua sampai lima hari, dan WHO. Artinya Bio Farma memiliki dan tetanus (DPT) terhadap anak
bisa menular dalam waktu dua sampai kategori disetujui oleh negara-negara mereka, hanya karena takut pada efek
empat pekan. Penyakit ini, disebabkan OKI dan WHO. yang ditimbulkan, yakni suhu badan
oleh bakteri Corynebacterium “Saya sampaikan bahwa Bio Farma anak tersebut akan panas.
Diphteriae dan sifatnya penyakit infeksi itu sudah memproduksi vaksin dan Selain itu, padatnya lingkungan
yang sangat menular. dibeli oleh 140 sekian negara. Dimana tempat tinggal pun juga menjadi
Meskipun pada Januari 2018 ini ada sekitar 80 sekian merupakan salah satu penyebab cepatnya pola
sudah mengalami penurunan kasus, negara-negara OKI, yang membeli penularan difteri. Kemudian efek ‘tidak
namun pemantauan dan upaya dari Bio Farma, termasuk Saudi Arabia, percaya’ terhadap vaksin, lantaran
pengobatan terus dijalankan dengan Malaysia, Sudan, Somalia, dan Iran. sebelumnya memang telah beredar
tetap melakukan ORI dan vaksinasi Artinya di negara-negara Islam tersebut, pemberitaan adanya vaksin palsu
ke berbagai daerah. “ORI sudah kehalalan vaksin Bio Farma itu tidak beberapa waktu yang lalu.
dilakukan, sudah diberikan vaksin dan menjadi masalah,” pungkas politisi asal Hal itu juga menjadi penyebab
sebagainya. Ditunggu sampai bulan dapil Jawa Barat itu. masyarakat memiliki pandangan yang
depan, kemudian tiga bulan, lalu Pencegahan penyebaran penyakit berbeda, ketidakpercayaan terkait
keenam bulan. Pemantauan masih tetap difteri ini pun terus digalakkan. Namun fungsi vaksin yang dimasukkan ke
berjalan,” imbuh Dede. agar penularan penyakit ini tidak terjadi dalam tubuh anak mereka. Walaupun
Berkaitan dengan vaksin sebagai lagi di kemudian hari, edukasi kepada kasus vaksin palsu sudah ditangani
upaya penanganan difteri, politisi masyarakat pun sangat diperlukan. oleh Kementerian Kesehatan RI melalui
Partai Demokrat itu mengungkapkan, Faktor non-medis yang berasal dari cara vaksinasi ulang. Faktor penyebab
ia mendapat laporan dari Bio Farma, kebiasaan masyarakat pun bisa menjadi lainnya adalah rendahnya pendidikan
bahwa stok vaksin untuk 2018 penyebab. Saat ini masih banyak orang orang tua si anak yang bisa saja
diperkirakan cukup. tua yang tidak tanggap dan enggan mempengaruhi perilaku mereka. EKO
157 XLVIII 2018 PARLEMENTARIA 23