Page 21 - MAJALAH 149
P. 21

itu keberadaan Lembaga pemerintah   dan penimbunan pangan dalam jumlah   pangan nasional yang sifatnya non-profit
              yang bisa mengkoordinasikan kedua   yang luar bisa sangat dimungkinkan   dan tentunya mendapatkan anggaran
              kementerian  ini  menjadi  penting  terutama oleh jaringan ritel raksasa yang   yang memadai.  Peran logistik sekarang
              sebagaimana diamanatkan oleh UU.   mempunyai  distribution center  sendiri.    banyak diambil alih pihak swasta dan
                 Keberadaan Lembaga Pemerintah   Alasannya sangat logis karena mereka   kartel yang mempunyai gudang-gudang
              yang mengurusi pangan saat ini sudah   harus menjamin pasokan pangan seluruh   pangan  yang  luar  biasa  luasnya dan
              mendesak, tidak cukup hanya dengan   toko atau supermarketnya di seluruh   mempunyai stok pangan yang mungkin
              Satgas.  Hal ini mengingat  kondisi   Indonesia.  Dan itu dimungkinkan oleh   cukup untuk lebih dari satu tahun ke
              ketahanan pangan nasional kita yang   PP no 17 tahun 2015.  PP ini menjelaskan   depan.  Dengan teknologi penyimpanan
              masih harus  diperkuat.  Di tengah era   bahwa jumlah  yang  disimpan  sangat   yang modern dan dengan sistem
              globalisasi, mulut bangsa ini sudah terlalu   tergantung kepada skala usaha, kapasitas   pendinginan yang cukup, beberapa
              banyak mengandalkan kepada produk   gudang penyimpanan, dan kebutuhan   bahan pangan bisa disimpan lama. Disaat
              pangan impor dan ini sesungguhnya   normal  distribusi.   Namun UU  No   panen raya mereka memborong pangan
              sangat rawan. Rawan terhadap keamanan   18/2012 dan PP 17/2015 mengatur   dari berbagai negara dengan harga murah
              pangan, rawan terhadap gejolak harga,   masalah larangan menimbun pangan   dan melepasnya dengan harga tinggi
              rawan terhadap tekanan politik dan   pokok.  Disebutkan dalam pasal 65 PP   saat jelang Ramadhan dan hari raya.
              rawan terhadap jebakan pangan dimana   17/2015  bahwa pelaku Usaha Pangan   Semestinya pemerintahlah yang harus
              mulut rakyat sudah terlanjur terbiasa   dilarang menimbun atau menyimpan   memiliki cadangan pangan yang paling
              dengan produk pangan impor dan   Pangan Pokok melebihi jumlah maksimal   besar dan melebihi yang dimiliki pihak
              tidak lagi suka dengan produk lokal.     dan waktu tertentu dan jumlah maksimal   swasta.   Dengan demikian pemerintah
              Ketika terjadi krisis pangan maka orang   Pangan Pokok yang dapat disimpan   bisa melakukan stabilisasi harga dengan
              tidak bisa memanfaatkan produk lokal.     harus sesuai dengan kapasitas gudang   sangat mudah.  Pada saat kekurangan
              Di lain pihak petani lokal tidak lagi   yang diizinkan oleh Pemerintah. Di   pasokan maka pemerintah bisa melepas
              bersemangat memproduksinya karena   sinilah masalahnya.  Tentu saja jaringan   cadangan pangan nasionalnya dan disaat
              tidak lau  di pasaran.     Ketergantungan   peritel raksasa akan bisa menyimpan   melimpah, pemerintah bisa membeli
              yang tinggi terhadap produk impor akan   pangan pokok yang berkali kali lipat dan   dan menyimpannya di gudang gudang
              melemahkan kedaulatan pangan kita   mungkin menguasai mayoritas cadangan   negara  yang dirancang khusus mampu
              yang pada ujungnya akan melemahkan   pangan  masyarakat.    Mekanisme  dan   menyimpan pangan dalam jangka waktu
              kedaulatan bangsa.               tata cara penyimpanan Pangan Pokok   lama tanpa kerusakan dan aman.  Selain
                 Kembali ke masalah lonjakan harga   oleh Pelaku Usaha Pangan dan  jumlah   itu sesuai amanat PP, di tiap propinsi dan
              jelang Ramadhan dan hari raya, tentu saja   maksimal penyimpanan Pangan Pokok   kabupaten perlu dibuat cadangan pangan
              hukum supply-demand berlaku. Jelang   oleh pelaku usaha pangan pelru secara   daerah untuk menjamin pasokan pangan
              Ramadhan dan hari raya memang terjadi   tegas diatur secara berkeadian.  yang stabil di tiap daerah. Tentu saja
              lonjakan permintaan yang luar biasa.   Adakah solusi terbaik agar tidak terjadi   edukasi kepada masyarakat juga perlu
              Ketika permintaan melonjak sementara   lagi lonjakan harga sembako menjelang   terus dilakukan agar menghindari perilaku
              pasokan tetap, harga tentu akan   Ramadhan dan Idul Fitri?  Sesuai dengan   konsumtif di saat ramadhan dan hari
              meningkat.  Kondisi tersebut diperparah   UU No 18/2012 dan PP No 17/2015,   raya  yang kemudian dimanfaatkan oleh
              dengan dugaan ada pihak pihak tertentu   pemerintah merupakan pihak yang paling   pelaku usaha pangan.  Dengan adanya
              yang mencoba meraup untung sebesar   bertanggungjawab dalam penyediaan dan   Kelembagaan Pangan  yang dibentuk
              besarnya dengan sengaja sebagian besar   distribusi pangan diantaranya pemerintah   sesuai amanat UU, akan mempermudah
              stock bahan pangannya tidak di keluarkan   bertanggungjawab dalam membangun   hal tersebut terjadi. n
              atau  ditahan di  gudang-gudangnya.     cadangan pangan nasional.  Saat ini
              Bahkan  jauh  sebelum  Ramadhan  tiba   pemerintah mempunyai BULOG yang
                                                                                           Guru Besar dan Kepala Divisi
              mereka sudah memborong bahan pangan   bertugas dalam bidang logistik pangan.     Manajemen Pangan dan Kesehatan
              pokok dan keperluan ramadhan seperti   Peran Bulog harus dikembalikan ke                 Lingkungan
              korma, sirup, daging, terigu, minyak     seperti zaman Pak Harto tidak dalam   Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
              dan menyimpannya di gudang-gudang   bentuk Perum, tapi benar benar badan           Ekologi Manusia IPB
              mereka.  Kemungkinan terjadinya kartel   negara yang ditugasi mengurusi logisik



                                                                                                            |  21
                                                                                Edisi : 149 TH. XLVII 2017 n PARLEMENTARIA  |  21
                                                                                Edisi : 149 TH. XLVII 2017 n PARLEMENTARIA
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26