Page 27 - MAJALAH 149
P. 27
barang-barang berbahaya Bambang mengungkapkan, praktik kolusi
yang dibawa penumpang,” masih banyak terjadi di sekolah yang
imbuh Bambang. Di sisi mendidik para pelaut muda. “Peserta
lain, konsumen (user) didik dimintai bayaran tinggi supaya bisa
ikut berperan terhadap lulus, tanpa memperhatikan kualitas dan
keselamatan kapal. Aturan profesionalismenya. Jadi, yang dilihat
keselamatan pelayaran bukan kualitasnya, tapi duitnya. Kasihan
harus dipahami konsumen para pelaut kita yang berkualitas harus
yang menjadi penumpang bayar mahal untuk lulus.”
kapal. Akhirnya, yang melaut dan
mengendalikan kapal adalah para pelaut
Unsur Tidak Langsung dengan kualitas rendah. Karena kualitas
Sementara itu, unsur kinerjanya rendah, bisa pula mereka salah
tidak langsung juga ikut mengendalikan kapal, sehingga terjadi
andil dalam musibah kecelakaan. Selanjutnya, tambah politisi
pelayaran. Unsur tidak dari dapil Jatim I ini, peran tim penyelamat
kecelakaan pelayaran. Regulator langsung ini melibatkan Maintenance seperti Basarnas dalam kecelakaan
(pemerintah), misalnya, telah menumpuk facility, supplier, lembaga pendidikan, tim kapal sangat krusial. Penempatan
regulasinya hingga perusahaan kapal penyelamat, dan cuaca. Dalam perawatan Basarnas selama ini tidak strategis dalam
harus mengeluarkan biaya mahal untuk fasilitas (maintenance facility) kapal, para mengantisipasi kecelakaan di laut. Kapal
bisa beroperasi. petugas perawatan harus betul-betul Basarnas harus ditempatan di sentral laut
Operator adalah manajemen bersertifikasi. Tukang las kapal, misalnya, Indonesia, yaitu di Pulau Masalembu,
korporasi kapal. Kecelakaan yang tidak boleh sembarangan. Ia memang Kabupaten Sumenep.
disebabkan operator biasanya akibat harus bersertifikasi. “Posisinya jangan ditempatkan
human error. Pada kasus kebakaran Bila ia salah dalam melas komponen di kota besar. Enggak ada kerjaan
kapal, mestinya perusahaan kapal sudah kapal, akibatnya fatal. Bisa saja besi kapal di sana. Dia harus ditempatkan di
menyiagakan peralatan pemadam api. patah setelah dilas, yang mengakibatkan sentralnya Indonesia, supaya bila terjadi
Fasilitas pemadam kerap tak lengkap atau kapal tenggelam saat berlayar. “Kapal kecelakaan kapal di perairan Indonesia,
kru kapal tak mampu mengoperasikan bersertifikat pun bisa alami kecelakaan dia bisa cepat datang,” harap Bambang.
peralatan pemadam, sehingga kapal bila petugas perawatannya tidak Terakhir, sambungnya lagi, pemicu tidak
keburu hangus dan tenggelam. profesional. Dan 50% lebih pekerja langsung kecelakaan adalah BMKG
Peran fasilitator (pengelola maintenance tidak punya sertifikat las. Ini yang memprediksi cuaca. Prediksi
pelabuhan) pada musibah pelayaran sangat berbahaya,” papar Bambang. BMKG kerap tidak akurat, sehingga
adalah kurang mampu mendeteksi Penyuplai material suku cadang menimbulkan kecelakaan kapal di tengah
barang-barang berbahaya yang dibawa (supplier) secara tidak langsung juga ikut laut.
para penumpang. Cairan gas, korek api, memicu musibah pelayaran. Misalnya, “BMKG kita tidak profesional.
senjata api, dan lain-lain adalah bawaan sebut Bambang, barang palsu dibilang Pernah terjadi tenggelamnya kapal ferry
penumpang yang dilarang masuk kapal. asli oleh penyuplai. Padahal, komponen Senopati Nusantara dari Sampit ke
Bila barang-barang tersebut lolos dari suku cadang palsu berbahaya bagi kapal. Semarang dengan ribuan penumpang.
pemeriksaan x-ray, berarti bahaya sedang Komponen palsu itu bisa menyebabkan Sehari sebelum berangkat, BMKG
mengintai kapal saat mulai berlayar. kecelakaan kapal, karena kualitasnya memprediksi, ketinggian ombak setengah
Banyak kecelakaan atau kebakaran kapal yang rendah. Kemenperin harus meter. Kapal akhirnya terbalik, karena
yang dipicu barang bawaan penumpang. memperhatikan para penyuplai suku ketinggian ombak ternyata 7 meter.
“Barang-barang berbahaya yang cadang kapal ini. Ombak sebenarnya bisa diprediksi satu
dibawa penumpang bukan kesalahan Yang tidak kalah pentingnya, minggu sebelumnya. Ini membuktikan
operator, tapi sistem pendeteksi di lembaga pendidikan seperti sekolah SDM di BMKG juga tidak profesional,”
pelabuhan. Fasilitator harus meyakinkan pelayaran, secara tidak langsung ikut keluhnya, menutup semua penjelasan
bahwa kapal mampu mengantisipasi menyebabkan musibah pelayaran. kecelakaan di laut. n(mh)
Edisi : 149 TH. XLVII 2017 n PARLEMENTARIA | 27