Page 25 - MAJALAH 96
P. 25

SUMBANG  SARAN





           disosialisasikan secara cepat dan intensif   pemberian honor petugas haji non   direktorat; (6), ketidakseimbangan
           sehingga banyak jemaah haji yang tidak   kloter; (7) tidak jelasnya komponen,   antara struktur organisasi dan
           mengetahui adanya pelayanan katering.  waktu penyetoran, dan format laporan   kewenangan yang dimiliki oleh Teknis
             Buruknya pelayanan ketering juga   sisa biaya operasional Penyelenggaraan   Urusan Haji; (8) ketidaksesuaian struktur
           terjadi pada pelaksanaan haji tahun   Ibadah haji  yang disetor ke DAU.   organisasi PPIH dengan kondisi aktual.
           1431 H/2010 M, terutama pelayanan
           katering di Madinah. Pada tahun   Aspek Kelembagaan                 Penutup
           tersebut ada perusahaan katering     Kelemahan dalam aspek             Kelemahan-kelemahan di atas tentu
           yang melakukan wanprestasi atas   kelembagaan dapat dilihat pada: (1)   tidak boleh dibiarkan berlarut-larut,
           kontrak karena menyediakan makanan   perangkapan fungsi oleh Kementerian   dan perlu segera dibenahi. Setiap tahun
           yang sudah kadaluarsa sehingga    Agama, sebagai regulator, operator   Kementerian Agama sebenarnya selalu
           menyebabkan 114 jemaah haji asal Solo   dan pengawasan sekaligus dalam   melakukan evaluasi penyelenggaraan
           mengalami keracunan.              penyelenggaraan ibadah haji.      ibadah haji, tetapi hasil evaluasi itu
             Hal lain yang tak kalah penting   Perangkapan fungsi ini menimbulkan   tampaknya tidak banyak memberikan
           untuk diperhatikan adalah buruknya   berbagai bentuk kelemahan dalam   pengaruh terhadap penyelenggaraan
           sistem antrian dalam pembagian    pelaksanaan, pertanggungjawaban dan   ibadah haji. Sementara  bagi Komisi VIII
           katering. Sajian menu masakan     pengawasan; (2) sistem kepanitiaan   DPR RI, kelemahan-kelemahan yang
           cita rasanya kurang pas dan       penyelenggaraan Ibadah haji  masih   selalu berulang setiap tahun itu tidak
           monoton, serta hambar; dan kurang   ditangani oleh kepanitiaan yang bersifat   cukup dengan melakukan pembenahan-
           memperhatikan aspek kesehatan dan   ad hoc, padahal penyelenggaraan   pembenahan yang tidak cukup
           aspek kebersihan. Kebijakan untuk   ibadah haji  bersifat reguler dan   reformatif dan fundamental. Sebab
           menyediakan prasmanan   untuk 1   berlangsung setiap tahun dengan   pembenahan itu hanya menyentuh
           maktab menyebabkan antrian panjang   waktu yang sudah bisa diprediksi   aspek tata kelola kebijakan dan tidak
           bagi jemaah haji karena harus melayani   sebelumnya. Dengan sistem   menyentuh aspek regulasi yang justru
           450 orang jemaah dan hanya dilayani   kepanitiaan ad hoc, personil yang   aspek terakhir inilah yang sangat
           oleh 2 orang petugas. Antrian ini   menangani penyelenggaran ibadah   menentukan wajah penyelenggaran
           menyebabkan jemaah haji mengalami   haji dapat berganti setiap saat,   ibadah haji ke depan.
           kelelahan.                        sehingga menghalangi kontinuitas     Karena itu, sejak tahun 2010 Komisi
                                             dan peningkatan profesionalitas   VIII DPR RI telah berupaya menyusun
           Kelemahan dalam Aspek Regulasi    penyelenggaraan ibadah haji; (3) tidak   rancangan undang-undang (RUU)
           dan Kelembagaan                   adanya kode etik pelayanan publik   baru sebagai pengganti Undang-
             Selain kelemahan-kelemahan di   dalam penyelenggaraan ibadah haji;   Undang Nomor 13 Tahun 2008
           atas, ada dua kelemahan lain yang juga   (4) belum adanya lembaga pengawas   tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
           menentukan dalam penyelenggaraan   independen dalam penyelenggaraan   Penyelenggaraan ibadah haji dalam
           ibadah haji,                      ibadah haji  meskipun dalam Pasal 12   konteks RUU baru ini, tidak hanya
                                             Undang-Undang No. 13 Tahun 2008   mengatur penyelenggaraan ibadah
           Aspek Regulasi                    sebenarnya telah mengatur mengenai   haji semata, tetapi juga mengatur
             Kelemahan dalam aspek regulasi   pembentukan Komisi Pengawas Haji   tentang pengelolaan keuangan haji.
           dapat dilihat pada: (1) adanya 17   Independen (KPHI); (5) ketidaksesuaian   Di sisi lain, salah satu isu krusial yang
           peraturan pelaksana Undang-Undang   antara tupoksi yang diemban dan   kaji dalam RUU ini adalah tentang
           No. 13 Tahun 2008 yang sampai kini   kegiatan aktual yang dilakukan oleh   pembentukan satu badan atau lembaga
           belum dibentuk; (2) tidak adanya dasar   beberapa unit kerja di Ditjen PHU; (5)   yang secara khusus akan mengelola
           hukum yang kuat dalam penempatan   tersebarnya tugas pokok dan fungsi   penyelenggaraan ibadah haji.
           dana setoran awal BPIH dalam bentuk   pengadaan di masing-masing sub-  ***
           Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN);
           (3) tidak adanya ketentuan mengenai   Daftar Bacaan
           kriteria alokasi sisa porsi kuota skala   > Tim Pengawas Komisi VIII DPR RI, 2009. “Laporan Tim Pengawas Komisi VIII DPR-RI Pada Pelaksanaan
                                               Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1430 H/2009 M.” Jakarta: Sekretariat Komisi VIII DPR-R.I
           nasional; (4) tidak adanya ketentuan
                                               > --------------, 2010. “Laporan Tim Pengawas Komisi VIII DPR-RI Pada Pelaksanaan Penyelenggaraan
           yang mengatur sumber pendanaan      Ibadah Haji Tahun 1431 H/2010 M.” Jakarta: Sekretariat Komisi VIII DPR-RI
           untuk setiap item kegiatan operasional   > ------------,2011.  “Executive Summary Laporan Tim Pengawas Haji DPR RI Tahun 1432 H/2011 M.”
                                               Jakarta:  Sekretariat Komisi VIII DPR RI.
           Penyelenggaraan Ibadah haji  baik di
                                               > Komisi Pemberantasan Korupsi RI, 2010. “Laporan Hasil Kajian Akhir Sistem Penyelenggaraan Ibadah
           dalam maupun di luar negeri; (5) tidak   Haji pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,” Jakarta, 2010.
           adanya standar komponen indirect    > Tim Pengawas Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia Komisi VIII DPR RI, 2005. “Laporan Tim Pengawas
                                               Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia Tahun 2005,” Jakarta: Sekretariat Komisi VIII DPR RI.
           cost dalam BPIH; (6) tidak adanya dasar

            | PARLEMENTARIA |  Edisi 96 TH. XLII, 2012 |
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30