Page 38 - MAJALAH 96
P. 38

37I  huruf  d  dipidana  dengan  pidana   “Pengangkatan  jaksa  agung  dilakukan   siap membahas dalam rapat-rapat beri-
           penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/  setelah  mendengarkan  pertimbangan   kutnya  sesuai  kewenangan  dan  me-
           atau  pidana  denda  paling  banyak  Rp   DPR  RI,  dengan  masa  jabatan  5  (lima)   kanisme  yang  diatur  dalam  peraturan
           5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).   tahun  dan  sesudahnya  dapat  dipilih   perundang-undangan.
             Sementara  jaksa  yang  merekayasa   kembali  untuk  satu  kali  masa  jabatan,”   Menkumham  menambahkan,  Pre-
           fakta-fakta  hukum  dalam  penanganan   jelasnya.                   siden  RI  menghargai  konsistensi  DPR
           perkara  sebagaimana  dimaksud  dalam   Dia  menambahkan,  dibuka  pula  ru-  yang memahami Kejaksaan adalah lem-
           Pasal  37I  huruf  e  dipidana  dengan   ang  untuk  penguatan  komisi  kejaksaan   baga pemerintahan yang melaksanakan
           pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)   dalam  rangka  pengawasan  terhadap   kekuasaan negara di bidang penuntutan
           tahun  dan/atau  pidana  denda  paling   perilaku jaksa serta pelibatan dalam rek-  serta  kewenangan  lain  secara  merdeka.
           banyak  Rp  10.000.000.000,-  (sepuluh   ruitmen  dan  pelaksanaan  diklat  dalam   “Kejaksaan  sebagai  lembaga  peme-
           miliar rupiah).                   rangka  melahirkan  jaksa  berkualitas   rintahan  tetap  harus  diletakkan  dalam
             Mengakhiri  pembicaraan,  Nudirman   dan bermartabat. “Disiapkan pula sanksi   kerangka sistem presidensiil sebagaima-
           berharap  RUU  ini  harus  memberikan   pidana bagi jaksa yang melanggar lara-  na tercermin dalam Pasal 4 ayat (1) Un-
           asas  kehati-hatian  bagi  jaksa  dalam   ngan  dan  menyalahgunakan  kewenan-  dang-Undang Dasar Negara Republik In-
           melakukan  penegakan  hukum,  jangan   gan/jabatannya,” tambahnya.  donesia Tahun 1945,” tuturnya. (iw)/foto:
           sembrono.  Jaksa  itu  bukan  diukur   Sementara Menkumham Amir Syam-  iwan armanias/parle.
           keberhasilannya  dari  banyaknya  dia   sudin,  mengatakan  bahwa  pemerintah   ***
           mengusut kasus korupsi, kasus narkoba
           misalnya, tapi bagaimana jaksa itu dapat
           menegakkan undang-undang itu dengan
           benar. Selama ini persepsinya salah dalam
           berbagai  pengusutan  kasus  korupsi
           sehingga terjadilah kriminalisasi, karena
           dalam pengusutan kasus selalu tembang
           pilih. Dia berharap dua kali masa sidang
           mendatang  ini  revisi  undang-undang
           tersebut selesai.
             Secara  terpisah  dalam  Rapat  Pleno
           Komisi  III  DPR  dengan  pemerintah
           yang  diwakili  Menteri  Hukum  dan  Hak
           Asasi  Manusia  (Menkumham),  Jaksa
           Agung,  dan  Menteri  Pendayagunaan
           Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
           (Menpan RB) sepakat segera membahas
           RUU  tentang  Perubahan  Atas  Undang-
           Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
           Kejaksaan RI.
             Wakil  Ketua  Komisi  III  DPR  Nasir
           Djamil mengatakan, perubahan Undang-
           Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
           Kejaksaan RI ini dimaksudkan untuk lebih
           memantapkan  kedudukan  dan  peran
           Kejaksaan  sebagai  lembaga  negara
           yang  melaksanakan  kekuasaan  negara
           di  bidang  penuntutan  harus  bebas
           dari  pengaruh  kekuasaan  manapun,
           dilaksanakan  secara  merdeka  terlepas
           dari  pengaruh  kekuasaan  pemerintah                                     Anggota Komisi III DPR RI Nudirman Munir
           dan kekuasaan lainnya.
             Menurutnya,  materi  muatan  RUU
           ini  diantaranya  pelaksanaan  rekruitmen
           jaksa   harus   dilaksanakan   secara
           transparan,  profesional,  dan  akuntabel.


                                                                              | PARLEMENTARIA  |  Edisi 96 TH. XLII, 2012 |
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43