Page 44 - MAJALAH 67
P. 44

LEGISLASI


            penghargaan negara yang diberikan  Kehormatan (GTK)  H. Mardjono (F-  dan tanda kehormatan, pengadaan jenis
            Presiden kepada seseorang yang berjasa  PDIP) mengatakan, RUU ini  baru untuk tanda jasa, Unifikasi dan
            dan berprestasi luar biasa dalam  merupakan usul inisiatif DPR,    penguatan kelembagaan.
            mengembangkan dan memajukan suatu  berdasarkan fakta hukum RUU GTK    Selain itu juga bertujuan untuk
            bidang tertentu yang bermanfaat besar  merupakan perintah konstitusi yaitu  penguatan partisipasi masyarakat dan
            bagi bangsa dan negara.           terdapat pada Pasal 15 UUD Tahun  penguatan legitimasi, akuntabilitas dan
               Sementara tanda kehormatan     1945.                            transparansi pemberian GTK. Karena
            adalah penghargaan negara yang      Menurut Mardjono, ada berbagai  yang merasakan seseorang itu pahlawan,
            diberikan Presiden kepada seseorang  permasalahan dalam pemberian GTK  sesuai atau tidak dengan alam demokrasi
            dan/atau kesatuan/organisasi atas  diantaranya yaitu, jenis tanda  dan reformasi yang menentukan itu
            dharma bakti dan kesetiaan yang luar  kehormatan yang kita miliki terlalu  masyarakat.
            biasa terhadap bangsa dan negara.  banyak jumlahnya. Ada 14 Bintang   Kadang-kadang, kata Mardjono,
               Keenam,  kurangnya partisipasi  dengan kelas-kelasnya, 38 Satyalancana  pemilihan oleh tim atau pemerintah
            masyarakat. Dalam praktek pemberian  dan 3 Samkaryanugraha. Namun dalam  berbeda dengan masyarakat. Orang yang
            gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan  hal ini, kriteria dan kualifikasinya tidak  dianggap pahlawan ternyata oleh
            selama ini, tampak bahwa partisipasi  begitu jelas kelasnya.       masyarakat belum tentu, demikian juga
            aktif masyarakat sangat kurang. Sebab  Sementara ini, jenis tanda jasa belum  sebaliknya.
            secara kelembagaan Dewan Tanda-   ada sama sekali dan pengaturannya   Sebelumnya, tambah Mardjono,
            Tanda Kehormatan dan Badan        tersebar di 123 Peraturan Perundangan,  pemberian gelar ini jenis-jenisnya
            Pembina Pahlawan kurang terbuka,  ditambah masih banyak surat edaran  memang banyak, seperti ditemukan ada
            terlalu kuat aspek militeristiknya, dan  lainnya. Dalam hal ini, lembaga yang  123 Peraturan Perundang-undangan
            cenderung menerapkan mekanisme    menangani pun ada dua   yaitu Badan  yang sebagian besar masih mengacu
            pengusulan dan pencabutan yang kurang  Pembina Pahlawan dan Dewan Tanda  pada undang-undang yang sudah tidak
            memberi ruang bagi partisipasi aktif  Kehormatan Republik Indonesia.  berlaku. Misalnya, UU darurat Nomor 4
            masyarakat luas.                    Sementara Kelembagaan tersebut  tahun 1959, itu dasarnya yang
               Akibatnya, praktek pemberian gelar,  kurang berfungsi optimal. Di sini  selamanya ada, karena UU itu dari
            tanda jasa dan tanda kehormatan   perlunya disesuaikan dengan semangat  Republik Indonesia Serikat.
            berjalan secara top-down, tidak buttom  reformasi, demokratisasi, desentralisasi  Padahal, Republik Indonesia Serikat
            up dan melibatkan masyarakat, serta  dan otonomi daerah. Waktu itu, peran  sudah tidak ada, tapi undang-
            sangat tergantung kepentingan dan  masyarakat sangat rendah, sehingga  undangnya masih dipakai sebagai dasar.
            kemauan politik penguasa.         RUU yang baru ini nantinya perlu    “Ini kan sudah nggak cocok,” kata
               Berdasarkan beberapa alasan    banyak melibatkan masyarakat.    Mardjono. Seperti disebutkan di atas,
            sebagaimana dijelaskan pada butir   Karena kurang banyaknya        salah satu ketidak sesuaian ini dapat
            pertama hingga keenam diatas, maka  keterlibatan masyarakat, maka kurang  dilihat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
            diperlukan Undang-Undang tentang  berperan aktif dalam mengusulkan siapa  undang Darurat Nomor 4 Tahun 1959
            Gelar,  Tanda Jasa dan  Tanda     yang berhak mendapatkan gelar, tanda  hal penandatanganan dan UU No. 33
            Kehormatan yang dapat menyelesaikan  jasa dan tanda kehormatan ini.  Prps Tahun 1964 perihal istilah yang
            berbagai permasalahan tersebut.     Sebagai contoh, di Surabaya sampai  sekarang sudah tidak bisa dipakai.
               Karena itu penting kiranya ada  hari pahlawan kemarin diketahui bahwa  Istilah itu sekarang sudah tidak ada,
            kehendak politik (political will) DPR dan  Bung  Tomo yang semua orang  bagaimana bisa dilaksanakan. Hal itu
            pemerintah untuk dapat segera     menganggap sebagai pahlawan, ternyata  tentunya sudah tidak cocok dengan
            merespon kondisi di atas dengan   belum mendapatkan gelar pahlawan.  struktur susunan pemerintahan
            membuat suatu konsep rancangan      Tapi, sementara ada tokoh yang  sekarang. Ketidaksesuaian terlihat pada
            undang-undang tentang gelar, tanda jasa  dianggap sebagai pahlawan dan  pergeseran peran Menteri Koordinator
            dan tanda kehormatan. Dengan      diberikan gelar, belakangan ternyata  Kompartimen Kesejahteraan sebagai
            demikian, maka materi rancangan   diketahui dia itu  koruptor. Dengan  Ketua Umum Badan Pembina
            undang-undang tentang gelar, tanda jasa  keterlibatan masyarakat di sini,  Pahlawan Pusat, ternyata  sekarang
            dan tanda kehormatan kelak diharapkan  kecelakaan-kecelakaan seperti itu  tanpa satu prosedur hukum sudah
            akan menjadi undang-undang yang   diharapkan tidak terjadi lagi,” tuturnya.  bergeser menjadi wewenang Menteri
            mampu melaksanakan amanat konstitusi  Disinilah timbul inisiatif , untuk  Sosial. Padahal, kalau mau dianggap
            Undang-Undang Dasar Tahun 1945    membuat satu payung hukum.       mirip lebih tepat  Menkokesra bukan
            secara lebih komprehensif.          Dalam hal RUU tentang GTK ini  Menteri Sosial.
                                              tujuan pengaturannya adalah untuk   Jadi, kata Mardjono, banyak
            Perintah Konstitusi               Unifikasi UU yang tersebar masing-  perubahan-perubahan yang sudah
               Wakil  Ketua Pansus RUU tentang  masing, memperjelas konsepsinya,  terjadi dalam pemerintahan periode
            Gelar, Tanda  Jasa,  dan  Tanda   Reformulasi dan penyederhanaan gelar  masa lalu, tapi dasarnya masih undang-


            44      PARLEMENTARIA TH. XXXIX NO. 67
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49