Page 27 - MAJALAH 127
P. 27

Oleh karena itu, menurutnya, transpar-
            ansi kerjasama dengan perguruan
            tinggi harus betul-betul dipertang-
            gungjawabkan kepada publik. Karena
            ada konsekuensi biaya yaitu APBN yang
            dipertanggungjawabkan secara bersa-
            ma-sama.

            Ketiga,  didalam penyusunan NA  Sek-
            retariat jenderal DPR RI harus membuka
            wacana atau menerima kondisi-kondisi
            yang sekarang ini. “Jangan sampai pe-
            nyusunan NA  menjadi obyek kepen-
            tingan-kepentingan proyek tertentu di
            dalam internal DPR”, tegasnya.

            Keempat, pemerintah akan diminta
            ketegasannya  dan diharapkan peme-
            rintah konsisten dalam masalah ini.                “Tidak ada keseriusan, dan faktanya hari ini seperti
                                                               itu. Yang sudah masuk juga tidak disiapkan, bahkan
            “Sejak awal kami menyusun Prolegnas, saya sebagai   pemerintah mengusulkan mengajukan UU  yang baru,”
            pimpinan panja ketika itu, dengan tegas meminta bah-  ungkapnya.
            wa untuk RUU  yang akan dibahas dan masuk dalam
            prolegnas baik prolegnas jangka mene ngah maupun   Keenam,  Pusat Pengkajian dan Pengolahan Data dan
            prolegnas 2015-2019,  NA dan draft RUUnya harus di-  Informasi (P3DI) Setjen DPR RI harus bekerja lebih pro-
            siapkan secara matang,” terang Firman.             fesional. “P3DI   harus tahu arah pembangunan kede-
                                                               pannya itu seperti apa, sehingga dia bisa memper-
            Namun faktanya, kata Firman lagi, sampai hari ini  siapkan  UU  yang perlu dibahas  sesuai  visi dan misi
            pemerintah juga tidak siap dan pemerintah me-      presiden,” tukasnya.
            ngatakan terakhir  rapat dengan Menkumham  katanya
            sudah siap.   “Sampai sekarang untuk revisi UU KUHP  Sebagaimana yang diungkapkan Sareh, Firman juga
            saja belum siap semuanya. Penyebab ketidaksiapan-  menyatakan pernah mengusulkan kepada Pimpinan
            nya ini berbagai macam, apakah mereka benar-benar  Dewan agar UU MD3 di revisi, namun ada kekhawati-
            bersungguh-sungguh untuk mengajukan merevisi RUU     ran jika UU MD3  direvisi  akan melebar kemana-ma-
            menjadi sebuah UU  atau ini hanya untuk mencoba-   na. Sebetulnya, pungkas Firman, tidak perlu khawatir.
            coba,” imbuhnya.                                   Karena kita harus melihat dan  hanya berbicara untuk
                                                               kepentingan kinerja dewan.
            Kelima,  pemerintah dalam hal ini  presiden diminta
            untuk  mengkoordinasikan dengan serius terhadap    “Selama ini DPR  sudah dievaluasi  publik, bahwa salah
            sebuah RUU  yang memiliki skala Prolegnas jangka   satu kinerja dewan yang paling mudah terukur itu
            menengah 2015.                                     adalah legislasi. Karena legislasi di setiap  pembukaan
                                                               maupun  penutupan sidang paripurna selalu  diumum-

            “Jangan sampai hal ini  terbentur dengan dua masalah  kan dan ini juga dipublis. Ini tentunya yang harus jadi
            yaitu  waktu karena masa jabatan dan  budgeting (ang-  perhatian kita,” papar Firman.
            garan). Jangan pula pemerintah tiba-tiba  ditengah ja-
            lan merubah seenaknya sendiri,” paparnya.          “Oleh karena itu kita,  saya berharap secara bersama-sa-
                                                               ma untuk berfikir secara jernih kedepan kalau ini adalah
            Dijelaskan Firman, selama ini yang terjadi adalah   kepentingan bersama bukan kepentingan kelompok dan
            pemerintah inkonsisasi. RUU  yang masuk dalam      menjadi tanggungjawab bersama termasuk  masyarakat
            proleg nas, karena  pemerintah tidak siap tiba-tiba   karena prinsip-prinsip dalam pembahasan RUU  yang
            ditengah jalan karena  ada pemikiran baru. Artinya   diamanatkan dalam UU  ini harus transparansi, kuali-
            pemerintah didalam skala persiapan untuk menyusun   tas UU  harus dikedepankan dan kemudian prioritas UU
            sebuah  RUU menjadi UU  dan disampaikan kepada DPR   mana yang harus dibahas,” tambahnya mengakhiri. (sc)
            ini tidak siap dan tidak serius 100%.              Foto: Iwan Armanias, Naefuroji, Nita/Parle/HR



                                                                             PARLEMENTARIA  EDISI 127 TH. XLV, 2015  27
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32