Page 22 - MAJALAH 82
P. 22

keanggotaan parlemen.
            Komitmen Individual -
            Kolektif
                Pedoman  perilaku  memuat
            tindakan-tindakan  apa  yang  bo-
            leh  dan  tidak  boleh,  serta  yang
            pantas  dan  tidak  pantas,  dilaku-
            kan anggota parlemen yang ter-
            kait dengan, dan atau berdampak
            pada, wewenang yang dimilikinya
            serta pelaksanaan fungsi dan tu-
            gas sebagai anggota parlemen.
                Melanggar  pedoman  pe-
            rilaku  ini  berarti  anggota  par-
            lemen melanggar pertauran per-
            undang-undangan  yang  lebih
            umum  maupun  jelas-jelas  me-
            langgar pedoman itu sendiri.
                Tekanan ini penting, karena
            pedoman  perilaku  merupakan
            suatu  peraturan  sendiri  yang
            bersifat  khusus  karena  mengu-
            rai  bentuk  dan  macam  tindakan
            anggota  parlemen;  dan  karena
            itu, pedoman ini berbeda dengan
            peraturan perundang-unda-ngan.    sama di dalam peraturan perundang-  Tetapi,  kekuasaan  selalu  berwajah
            Pedoman  perilaku  mengatur  tinda-  undangan, pedoman perilaku seperti   ganda: untuk kebaikan atau untuk ke-
            kan-tindakan  perorangan  anggota   itu  tidak  ada  gunanya  sama  sekali.   mungkaran. (bdk., Clegg 1989: 75-83)
            parlemen.  Karena  itu,  isi  pedoman   Demikian juga, jika pedoman perilaku   Disadari atau tidak, anggota parlemen
            perilaku biasanya dinyatakan sebagai       mencakup  hanya  ketentuan-keten-  akan senantiasa berada dalam ranah
            komitmen   pribadi   masing-masing   tuan  umum  yang  bersifat  ideal  dan   “wajah ganda” kekuasan itu.
            anggota  parlemen.  Meski  sebagai   sulit diimplementasikan, maka pedo-
            komitmen pribadi, isi pedoman sama   man  seperti  itu  hanya  sia-sia  karena  Multi Kepentingan
            dan berlaku sama bagi setiap anggota   nampak ditujukan sekedar memenuhi   Hannah F. Pitkins (1972: 219-221)
            parlemen. Aturan perilaku ini menjadi   formalitas.                  menggambarkan,  begitu  seseorang
            pedoman, pada saat di-nyatakan se-    Karena  itu,  pedoman  perilaku   menjadi  anggota  parlemen  (wakil
            cara bersama-sama oleh seluruh ang-  harus bersifat operasional yang men-  rakyat, anggota DPR-Indonesia) yang
            gota  parlemen.  Biasanya  pedoman   jabarkan  nilai  dan  prinsip  etika  serta   dipilih  melalui  pemilu  demokratis,
            perilaku ini disebut sebagai collective   kewajiban  dan  larangan  yang  diru-  mulai saat itu juga dia terikat dengan
            individual commitment.            muskan secara umum dalam peraturan   bemacam-ragam kepentingan.
                Sebagai  komitment  individual   perundang-undangan.  Pedoman  ini   Pertama,  anggota  parlemen  ha-
            yang  dinyatakan  secara  bersama-  diperlukan  karena  akan  memandu   rus melayani konstituennya di daerah
            sama  juga  menjawab  pertanyaan   tindakan-tindakan  (perilaku)  ang-  pemilihan. Tetapi harus disadari, kon-
            mengapa anggota parlemen memer-   gota  parlemen  agar  terhindar  dari   stituen bukan entitas tunggal dengan
            lukan  pedoman  perilaku.  Bukankah   penyalahgunaan  dan  pemanfaatan   kepentingan  yang  beraneka  macam.
            undang-undang telah cukup memuat   jabatan  untuk  kepentingan  pribadi   Kedua, anggota parlemen adalah poli-
            ketentuan  tentang  apa  yang  wajib,   dan atau kelompok. Sebab, pada saat   tisi profesional dalam kerangka kerja
            boleh dan tidak boleh dilakukan ang-  seseorang terpilih dan disumpah se-  lembaga  politik.  Dia  anggota  partai
            gota  parlemen  secara  sendiri-sendiri   bagai  anggota  parlemen,  pada  saat   politik yang mempunyai keinginan un-
            maupun  bersama-sama?  Jika  pedo-  itu  juga  dia  menjadi  pejabat  publik.   tuk dipilih kembali, dan anggota legis
            man  perilaku  mengatur  ketentuan-  Sebagai  pejabat  publik,  dia  mempu-  latif  bersama-sama  dengan  anggota
            ketentuan  yang  tidak  ada  bedanya   nyai  wewenang  (kekuasaan)  untuk   legislatif lainnya. Ia harus sensitif ter-
            dengan  ketentuan-ketentuan  yang   menjalankan  fungsi  dan  tugasnya.     hadap partai politiknya (pada tingkat



                                                                              | PARLEMENTARIA  |  Edisi 82 TH. XLII, 2011 |
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27