Page 24 - MAJALAH 82
P. 24

“Ketidakhadiran  Anggota  secara  fisik   dan  atau  indikasi  pelanggaran  atas   dipastikan  keberadaan  dan  fungsi
            sebanyak  3  (tiga)  kali  berturut-turut   Kode Etik DPR. Misalnya, pernyataan-  BK  bukan  sedar  “hiasan  politis”  un-
            dalam  rapat  sejenis,  tanpa  ijin  dari   pernyataan  tentang  konflik  kepenti-  tuk  memenuhi  formalitas.  Perspe-
            Pimpinan  Fraksi,  merupakan  suatu   ngan yang disampaikan anggota DPR   ktif  utama  lainnya  yang  harus  men-
            pelanggaran kode etik.” Secara kuali-  dalam rapat-rapat DPR harus menjadi   jadi  dasar  bagi  revisi  Kode  Etik  DPR
            tas  rumusan  harus  bisa  ditingkatkan   catatan resmi di BK. Sebab, pernyata-  adalah prinsip bahwa Kode Etik DPR
            dengan menetapkan bahwa “Ketidak-  an ini penting bukan saja pada saat itu   yang  baru  harus  dapat  secara  efek-
            hadiran  Anggota  secara  fisik  seba-  dinyatakan  dalam  rapat,  tetapi  juga   tif  mendorong  makin  tumbuhnya
            nyak tiga (tiga) kali dalam rapat-rapat   pada peristiwa-peristiwa setelah rapat   kepercayaan  publik    atas  anggota
            pada satu masa sidang, tanpa ijin dari   selesai,  yakni:  sejauh  mana  konflik   DPR, sistem keperwakilan politik dan
            Pimpinan  Fraksi,  merupakan  suatu   kepentingan  itu  tetap  dihindari  oleh   pemerintahan  demokratis  Indone-
            pelanggaran  Sumpah  Jabatan.”  Keti-  anggota DPR bersangkutan.     sia. Karena itu,  revisi Kode Etik harus
            dakhadiran anggota DPR dalam suatu    Kelemahan  instrumental  ini  di-  dapat  secara  terfokus  mengurus  ke-
            rapat bisa berarti kehilangan peluang   perparah oleh rawannya keanggotaan   tentuan-ketentuan  fundamental  ten-
            bagi  anggota  bersangkutan  dalam   BK  atas  kepentingan-kepentingan   tang  tindakan  dan  perilaku  anggota
            memperjuangkan aspirasi rakyat. Pa-  politik praktis, kalaupun bukan prag-  DPR  yang  terkait  dengan  wewenang
            dahal dalam sumpah jabatan anggota   matis.    Keanggotaan  BK  mestinya   publik dan kepentingan-kepentingan
            bersangkutan  telah “bersumpah” un-  berisi tokoh-tokoh yang mampu dan   pribadi  dan  praktis  yang  selalu  me-
            tuk memperjuangkan aspirasi rakyat.   bersedia  melepaskan  kepentingan   nyelimuti anggota dewan. Ini juga be-
            Dengan rumusan seperti itu, pedoman   politik  praktis  atau  pragmatisnya   rarti bahwa meskipun Kode Etik DPR
            perilaku  menjadi  jelas,  dan  rumusan   demi  memelihara  kehormatan  ang-  berlaku secara internal bagi anggota
            seperti  itu  dapat  meningkatkan  ke-  gota  DPR.  Ini  mengasumsikan  juga   DPR,  dia  perlu  diumumkan  kepada
            percayaan  rakyat  kepada  perwakilan   bahwa partai politik bersedia menjaga   publik atau masyarakat. Dengan cara
            politik.                          independensi BK, dan mestinya men-  ini, masyarakat akan memiliki  standar
                Revisi  Kode  Etik  yang  meren-  dukung  komposisi  keanggotaan  BK   penilaian yang sama-sama diakui oleh
            canakan  memperlonggar  ketentuan   tidak  didasarkan  pada  proporsiona-  anggota DPR.
            tentang ketidakhadiran ini, jelas tidak   litas  kekuatan  partai-partai  politik  di
            mempunyai  dasar  untuk  perbaikan   DPR. Dengan asumsi ini, keanggotaan
            kualitas Kode Etik DPR.           BK  dapat  dirampingkan,  yang  terdiri
                Kode Etik DPR selama ini terlihat   dari tokoh-tokoh yang dipercaya oleh  Rujukan:
            kurang dapat ditegakkan secara efek-  mayoritas anggota DPR.  Maka, ang-
            tif.  Ini disebabkan sebagian besar oleh   gota  BK  harus  dipilih  secara  terbuka   Brien, Andrew (1998), “A Code of
            lemahnya instrumen penegakan kode   oleh para anggota DPR.           Conduct  for  Parliamentarians?”  Aus-
            etik. Instrumen utama yang ada sam-                                  tralia Parliamentary Research Paper 2
            pai saat ini adalah Badan Kehormatan  Catatan Penutup                1998-99.
            (BK) DPR.  Di samping wewenang yang   Kajian ini ingin menegaskan bah-   Pitkin, Hannah Fenichel, The Con-
            terbatas, BK DPR bersifat sangat parti-  wa revisi Kode Etik DPR perlu dilaku-  cept of Representation, London, Eng-
            san-politis. Wewenang yang terbatas   kan  tetapi  dengan  arah  yang  mem-  land; Berkeley and Los Angeles, Cali-
            terlihat pada kapasitas BK yang tidak   perbaiki dan makin menyempurnakan   fornia:  University  of  California  Press,
            diberi wewenang melakukan gugatan   baik  dalam  hal  substansi  maupun     First Paperback Edition, 1972.
            atas  anggota  DPR  yang  diduga  me-  efektivitasnya.  Kode  Etik  semestinya   Clegg, Stuart R., The Framework
            langgar kode etik.                dipahami  sebagai  pedoman  perilaku   of Power, London, Newbury Park, New
                Dengan  kata  lain,  BK  hanya     yang  meterjemahkan  secara  opera-  Delhi: Sage Publications, 1989.
            melakukan penyelidikan jika ada atau   sional substansi sumpah jabatan ang-  Keputusan  Dewan  Perwakilan
            berdasarkan  pada  gugatan  yang  di-  gota  DPR,  dan  berbagai  prinsip  dan   Rakyat  Republik  Indonesia  Nomor:
            ajukan oleh pihak ketiga, yang dalam   nilai  etika  yang  terkandung  dalam   18/DPR  RI/2004-2005  Tentang  Kode
            hal  ini  adalah  pimpinan  DPR  dan   konstitusi  maupun  peraturan  perun-  Etik Dewan Perwakilan Rakyat Repub-
            masyarakat  atau  konstituen  pemilih.   dang-undangan  terkait  dengan  ke-  lik Indonesia Dewan Perwakilan Raky-
            Demikian  juga,  BK  kurang  didukung   wajiban  dan  larangan terhadap ang-  at Republik Indonesia.
            oleh aparat atau unit yang secara ke-  gota DPR. Termasuk dalam efektivitas   Undang  Undang  No.  27  Ta-
            seharian  (day  to  day)  bekerja  untuk   Kode Etik adalah pembaruan institusi   hun  2009  tentang  Majelis  Permusy-
            mencatat tindakan-tindakan anggota   penegakan kode etik.            awaratan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan
            DPR  yang  secara  sengaja  atau  tidak   Jika BK DPR akan tetap diperta-  Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
            langsung terkait dengan pemenuhan   hankan,  misalnya,  maka  harus  dapat   Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.



                                                                              | PARLEMENTARIA  |  Edisi 82 TH. XLII, 2011 |
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29