Page 31 - MAJALAH 95
P. 31
PENGAWASAN
DPR Aria Bima menilai, kebutuhan pokok
seperti beras, daging, sayur, gula, minyak
goreng secara keseluruhan relatif stabil,
dan stok cukup. “Sampai hari ini di tingkat
supplynya tidak mengkhawatirkan, lon-
jakan harga juga masih dalam batas-batas
yang normal,”ujar Aria Bima.
Bima menambahkan, secara umum
kebutuhan bahan sembako naik turunya
Rp 2 ribu seperti harga beras, berambang,
cabe, dan telur fluktuatif Rp 2 ribu. Kalau
untuk hewannya seperti ayam yang nor-
mal itu Rp 22-25 ribu, sedangkan daging
sapi sekarang Rp 75-80 ribu/kg normal-
normalnya sekitar Rp 65 ribu/kg.
Kalau situasi semacam ini bertahan
sampai lebaran, lanjut Bima, banyak be-
ranggapan tingkat supply daging sapi di
Jakarta dibatasi, sedangkan di Tangerang
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Eric Satrya saat mengunjungi pasar Kramat Jati, Jakarta tidak, tambahnya.
haan besar ternyata mengalami kenaikan sidi oleh Pemerintah karena menyangkut Menurutnya, berdasarkan pantauan
luar biasa,”paparnya. ekonomi rakyat. “Bulog harus antisipasi harga relative stabil namun apabila harga
Dia menegaskan, pemerintah harus harga menjelang lebaran yang terjadi se- tidak terkendali diperlukan cara-cara
meningkatkan kepeduliannya terhadap karang ini impor inflasi, akibat perbedaan khusus untuk merelatifkan harga. “Kalau
perkonomian rakyat artinya menjagar gangguan musim kedelai di AS akhirnya soal beras misalnya tadi walaupun ada
harga kebutuhan pokok tidak menimbul- harga kedelai meningkat, karena memang kenaikan sekarang beras rakyat atau beras
kan inflasi yang tinggi dengan cara suplai negara kita tidak memiliki ketahanan pan- yang dikonsumsi itu sudah mencapai Rp
terjamin, distribusi pasar yang baik jadi gan dibidang itu,”papar Airlangga. 7.200-an/kg yang dulu Rp 6 ribuan. Tadi
harga ditangan masyarakatpun terjaga. Eric mengatakan, dibandingkan tahun belum ada titipan beras bulog, biasanya
“kita ingin melihat usaha kecil dan mene- lalu komoditi impor tahun ini berkurang ‘kan supply ditambah di masing-masing
ngah, karena mereka itu tiap hari berjuang drastis. “Sekarang kenaikan juga masih penjual dan pasar supaya harga relative
dan memiliki semangat wiraswasta yang batas wajar sekitar 20-30 persen, namun stabil,” paparnya.
baik. Sembako itu tugas pemerintah ada beberapa komoditi masih harus impor Dia menambahkan, pengendalian
karena itu harus melakukan pengamanan seperti bawang putih lokal,”ujarnya. harga beras harus otoritas karena itu peran
sembako yang utama beras, gula, minyak Menurutnya, pemerintah harus bulog harus ditingkatkan. Khusus penga-
goreng dan kedelai,”ujarnya. memberikan insentif kepada petani agar wasan harga daging, lanjut Bima, perlu dit-
Dia mengatakan, komoditi yang diatur mereka mau menanam bawang putih. ingkatkan mulai dari pusat sampai daerah.
hanya beras sementara yang lain dilepas “sekarang ini memang kebijakan Kemen- “Ini kita mempertanyakan apa benar jagal
sesuai ekonomi pasar. Karena itu kita minta terian Perdagangan dibawah Gita berbeda sapi ini permaianan kartel kecil-kecilan
Bulog difungsikan kembali yaitu sebagai dibandingkan Elka Pangestu,karena itu ditingkat para pengepol baik itu telur, sapi
penyangga kebutuhan pokok, jangan kita berharap Kemendag lebih mening- dan ayam,” jelasnya.
sampai seperti kasus lalu dimana cabai katkan perhatiannya terhadap komoditas Aria Bima mengakui yang dikeluhkan
mengalami kenaikan harga yang luar biasa lokal agar mereka dapat lebih bersaing oleh para pedagang adalah daya beli ma-
namun tidak ada aksi dari pemerintah. dibandingkan impor,”katanya. syarakat relative menurun sehingga para
Khusus Kedelai, paparnya, harus disub- Sementara Wakil Ketua Komisi VI pedagang tidak bisa menaikkan harga
yang telalu tinggi karena keterbatasan
pembeli. “Pembeli sekarang ini turun
rata-rata 25 persen alasannya karena
“komoditi impor tahun ini berkurang dras- factor kebutuhan lain mungkin masalah
tis. Sekarang kenaikan juga masih batas wajar kebutuhan sekolah. Saya kira ini sidak
sekitar 20-30 persen” . pertama sebelum H-10 sebelum leba-
ran,” paparnya. (si/nt/sc)
| PARLEMENTARIA | Edisi 95 TH. XLII, 2012 |

