Page 68 - MAJALAH 66
P. 68
SOROTAN
Keinginan pemerintah untuk tetap menaikkan harga BBM ternyata bukan isapan jempol.
Walaupun dengan menerapkan kebijakan tersebut pemerintah sudah melanggar janjinya
sendiri yang pernah disampaikan melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Purnomo Sugiantoro melalui konferensi pers pada tanggal 22 Oktober 2007 yang mana
mengatakan bahwa tidak akan ada kenaikan harga BBM bersubsidi hingga tahun 2009.
Memang situasinya tidaklah serunyam saat ini dimana sekarang harga minyak dunia naik
sangat tinggi. Bahkan kenaikan harga minyak dunia ini telah mengakibatkan situasi politik
dan sosial menjadi sangat panas di berbagai negara.
anggal 24 Mei 2008, Secara psikososial, orang hilang rasa
Pemerintah mulai malunya bila melakukan sesuatu
menerapkan harga beramai-ramai. Demikian pula
baru BBM mulai korupsi secara kolektif, tidak
Tminyak tanah, solar menimbulkan rasa malu bagi
dan premium. Pemerintah pelakunya. Jika pada era Orde Baru
“terpaksa” untuk menaikan BBM ini berbagai daerah berebut meraih
karena salah satu alasannya adalah label daerah miskin untuk mendapat
harga minyak dunia yang semakin bantuan Inpres Desa Tertinggal
melejit. Seperti tahun-tahun (IDT), kini orang berebut meraih
sebelumnya, kenaikan BBM ini, juga status miskin.
diikuti dengan pemberian Bantuan Inilah simptom dari kondisi
Langsung Tunai (BLT) sebagai penyakit sosial yang berat, dan
konpensasi dari kenaikan ini. diperparah oleh sistem yang salah
Bantuan langsung tunai (BLT) kaprah. BLT muncul sebagai virus
untuk keluarga miskin (gakin) rawan psikososial yang dapat
penyelewengan, mulai dari jual beli melumpuhkan potensi sumber daya
kartu kompensasi BBM hingga manusia (SDM) dalam masyarakat.
uang jasa dan biaya transportasi Yang jelas saat ini ada pihak yang
pengambilan subsidi yang sangat mendukung kebijakan
membebani. Sejak BLT dikucurkan pemerintah ini, dan di lain pihak ada
bagi gakin, terdapat orang-orang yang populer karena mendapat BLT. juga yang sangat menentangnya.
tak merasa malu mengaku miskin hanya Kenyataan bahwa berlomba-lombanya Semua alasan dan landasan pikir yang
karena menginginkan BLT itu. masyarakat mendapatkan status miskin, dikemukakan semua pihak sama
Sosiologis, kemiskinan diartikan menunjukkan rasa malu individu hilang dianggap benar. Pemerintah ingin
keadaan seseorang yang tidak sanggup ketika hal itu dilakukan secara kolektif. menyelamatkan APBN dan pihak yang
memelihara diri sendiri sesuai taraf Harga diri tidak lagi jadi kontra ingin mengungkapkan dilema
hidup suatu kelompok dan tidak mampu pertimbangan utama. Tapi perebutan sosial di masyarakat akibat kenaikan
memanfaatkan potensi fisik maupun status miskin demi BLT ini bukan tersebut.
mentalnya untuk memenuhi fenomena baru. Berbagai manipulasi Agung Sasongko (F-PDIP),
kebutuhan minimum. Dengan kemiskinan yang dulu dimainkan Orde Anggota Komisi VIII DPR yang
demikian kemiskinan merupakan Baru, telah menyebar ke masyarakat membidangi masalah sosial
masalah sosial bagi masyarakat. dan menjadi sesuatu yang lumrah. mengatakan, pemberian Bantuan
Logikanya, seseorang enggan Ketika menjadi sesuatu yang lumrah, Langsung Tunai (BLT) hanya
disebut miskin. Namun, kini gakin rasa malu sudah tidak relevan lagi. merupakan syukuran politik yang
68 PARLEMENTARIA TH. XXXIX NO. 66