Page 67 - MAJALAH 66
P. 67
SOROTAN
menjelaskan proses-proses politik perlu dalam kampus. Setelah itu publik yang lebih luas. Tak seperti
yang terjadi di DPR. mereka yang mengolah situasinya dan dulu, begitu sempitnya ruang publik
Itulah hal-hal yang membuat saya mereka sendiri bagaimana bentuk dikontrol, substansi menjadi lebih
merasa kita harus berani menjelaskan aksinya. Tapi pada saat yang sama penting .
apa yang terjadi di gedung DPR mereka juga bertanggungjawab moral
supaya mereka juga tahu apa peran dan intelektual untuk menjembatani P: Harapan anda kepada gerakan
kelembagaan kita. Pada saat yang atau jadi fasilitator bagi mahasiswa?
sama LSM juga mempunyai terhubungkannya banyak stake holder Saya tetap berharap mahasiswa
tanggungjawab moral dan sosial konteks akademik di kampus, mereka dan kampus bisa menjadi basis
untuk melakukan transformasi nilai- punya hak untuk itu. oposisi permanen, kenapa karena di
nilai. Yang penting sebenarnya adalah tengah situasi kelembagaan yang
P: Bagaimana peran BEM dalam
P: Bagaimana peran BEM dalam
P: Bagaimana peran BEM dalam
P: Bagaimana peran BEM dalam
dalam konteks aksi bagaimana P: Bagaimana peran BEM dalam masih belum matang, proses
pematangan gerakan
pematangan gerakan
pematangan gerakan
pematangan gerakan
mahasiswa bisa meyakinkan bahwa pematangan gerakan demokratisasi yang terus berjalan
intelektual?
intelektual?
intelektual?
intelektual?
merekalah yang akan mengelola intelektual? ketidakhadiran sebuah elemen yang
situasinya dan mengelola isunya. R: Terus terang saya tidak namanya oposisi apalagi yang
Kemudian sumber informasi dari mengamati yang sekarang, tapi saat berbasis kampus itu membuat kita
Saya tetap berharap mahasiswa dan kampus bisa menjadi basis oposisi permanen,
karena di tengah situasi kelembagaan yang masih belum matang, proses
demokratisasi yang terus berjalan, ketidakhadiran sebuah elemen yang namanya
oposisi apalagi yang berbasis kampus itu membuat kita seperti ada di lorong yang
gelap saja. Artinya begitu ada oposisi, at least ada line tunnel diujung lorong gelap
masih ada secercah cahaya.
mana saja itu adalah kebebasan jaman saya mahasiswa mewarisi seperti ada di lorong yang gelap saja.
mimbar di kampus. sebuah tradisi intelektual dari Artinya begitu ada oposisi at least ada
semangat gerakan pada masa itu. line tunel diujung lorong gelap masih
P: Bagaimana peran organisasi Gerakan pada masa 90-an adalah ada secercah cahaya.
kampus seperti senat dan BPM gerakan intelektual karena rezim Mahasiswa dalam gerakannya
dalam proses pengkaderan? begitu menekan, sebagai satu-satunya agar tetap konsisten memposisikan
R: Itulah memang harusnya cara adalah gerakan intelektual. gerakannya sebagai gerakan
mereka menjadi jembatan Sehingga ketika mengelola sebuah penyeimbang /balancing power yang
pengkaderan, karena merekalah yang situasi dan menentukan bentuk bertumpu pada gerakan intelektual
menjadi rumah para aktivis. aksinya, pada saat yang sama mereka dan moral tanpa kekerasan dengan
Organisasi kampus harus menjadi lebih merespon secara intelektual. penguasaan substansi yang kuat
rumah bagi para aktivis dalam proses Dan pada saat itu kampus banyak sehingga gerakannya tidak menjadi
transformasi dan pengkaderan. melakukan diskusi di ruang publik, contenless dan pesan itu sampai ke
Merekalah harus memfasilitasi itu sebagai akibat minimnya ruang-ruang masyarakat sehingga pada akhirnya
untuk bisa menyebarkan nilai dan publik yang disediakan. Mereka dapat melibatkan masyarakat secara
transformasi tentang gagasan menjadikan kampus sebagai tempat emosional. (rat)
perubahan itu kepada mahasiswa itu lalu terjadi diskusi dalam kelompok
yang lebih luas. studi. Fenomena ini sepertinya kurang
Mereka harus mengcreate forum- ditangkap, proses pematangan.
forum yang bisa menyambungkan Sekarang mahasiswa bisa belajar dari
misalnya para angota DPR dengan situ untuk kemudian gerakannya
berbagai stake holder yang lain lebih memperhatikan substansi
silahkan sambungkan pemerintah, apalagi di tengah tantangan sekarang
DPR dan tokoh masyarakat kalau di era pertarungan wacana di ruang
PARLEMENTARIA TH. XXXIX NO. 66 67