Page 27 - MAJALAH 73
P. 27

LAPORAN UTAMA



            menambahkan dirinya selalu menjalin   pernah mendengar bahasa yang tidak   lagi.
            keakraban dengan siapapun.      bersahabat. “ Delapan  tahun menjadi      Dalam  berargumentasi  para
               Ketika  ditanya  apakah  pernah   menteri , pengawasan Komisi VIII   anggota  DPR  hendaknya  punya
            dilecehkan anggota DPR, dia berprinsip   termasuk hasil kunker, jika  ada temuan   landasan yang kuat dan  masuk dalam
            dalam  menjalin  hubungan  harus   dibahas dalam raker dan dicari solusi   logika publik. Misalnya soal Presiden
            saling menghargai. Dia menyatakan   tindak lanjutnya,” ujarnya.  menjawab interpelasi, diperdebatkan
            karena  sikap  saling  menghargai                                sangat lama perlu datang atau tidak.
            itulah maka tidak pernah dilecehkan  Kurang santun               Toh akhirnya nggak datang nggak
            DPR.  Mungkin  pernah  berdebat      Ketika ditanya mengenai kinerja   apa-apa. “ Penggunaan hak-hak DPR
            dengan keras, tetapi setelah dijelaskan   DPR periode 2004-2009 dibanding   itu harus hati-hati, harus berujung lah.
            permasalahannya, akhirnya sama-sama   sebelumnya, anggota DPR periode ini   Ini kan nggak berujung, seperti angker
            dipahami.                       seolah ada kebanggaan sehingga dalam   haji, BBM dan DPT. Saya pimpiin
               Dalam  pembahasan  RUU       menyampaikan  pertanyaan  dalam   Pansus Buloggate dan Bruneigate ini
            misalnya,  Menteri  ini  tak  segan-  raker atau rapat puripurna ada bahasa   kan berujung. Akhirnya bingung saya
            segan mendatangi Pimpinan Fraksi-  yang kurang santun,           dengan DPR periode ini,”
            fraksi menjelaskan betapa pentingnya      Padahal  sambung  dia,  menjadi      Masalah  lain  yang  dikritisi
                             suatu  R UU    anggota DPR itu mendapat predikat   mantan  Pimpinan  FPP  DPR  ini,
                               digolkan bagi   terhormat, terhormat dalam segala hal   publikc  menilai  interupsi  dalamn

                                      “Orang terhormat kan bahasanya tidak harus bicara
        foto: olly/parle              dengan kasar apalagi memukul meja dan naik ke meja
                                      dengan berteriak-teriak,”




                                            termasuk  dalam tutur kata. Tidak perlu   rapat-rapat paripurna substansinya
                                            kalau tak setuju diungkapkan dengan   tidak menentukan dan menyimpang
                                            bahasa kasar, justru menjadikan tidak   dari  pokok  bahasan,  sehingga
                                            terhormat.                       mengurangi  kewibawaan  Dewan.
                                               “Orang terhormat kan bahasanya   Begitu pula kehadiran di paripurna,
                                            tidak  harus  bicara  dengan  kasar   ikut mencoreng citra DPR terkesan
            kepentingan  masyarakat  banyak. “   apalagi memukul meja dan naik ke   malas padahal  berbagai fasilitasnya
            Mana ada menteri mau datang bahas   meja  dengan  berteriak-teriak,”  ia   sebenarnya sudah jauh lebih bagus
            RUU  sampai  8  kali,  3  kali  sudah   menjelaskan.             ketimbang DPR periode sebelumny.
            hebat, “ jelasnya. Dengan pendekatan      Karena itu untuk DPR yang akan      Menyinggung banyaknya anggota
            itulah masalah-masalah yang dibahas   datang  perlu  diperbaiki,  anggota   DPR yang berususan dengan KPK
            bisa selesai sehingga tidak pernah   DPR  terhomat segalanya terhormat   bahkan ruang kerja anggota sampai
            rapat Komisi VIII dengan Mensos   termasuk sikap dan tutur katanya.  bisa  digeledah,  telah  menambah
            berlangsung  sampai  larut  malam.      Dia  juga  mengkritisi,  DPR   keterpurukan citranya.”  Saya kira ini
            Paling  jam  14.00  atau  jam  16.00   mendatang, tidak seperti sekarang   harus menjadi pelajaran untuk DPR
            raker  sudah  selesai,    selesai,  tanya   yang terlalu banyak menggunakan hak   yang akan datang,” tuturnya.
            jawab dilayani secara menyeluruh lalu   angket dan hak-hak lainnya. “Sedikit-     Menanggapi    banyaknya
            diambil kesimpulan.             sedikit  interpelasi  yang  ujungnya   kewenangan  DPR  dalam  ikut
               Dari  beberapa  produk  UU,   nggak ada. Mungkin mereka terobsesi   menentukan pengangkatan pejabat
            Komisi VIII DPR dan Depsos telah   Pansus yang dipimpin dulu, Pansus   public, di satu sisi bagus menunjukkan
            menyelesaikan  UU Sistem Jaminan   Bulogate dan Bruneigate, berakhir   keberadaan lembaga yang kuat, tapi
            Sosial Nasional, UU Penanggulangan   dan berujung pada lengsernya Presiden   di  sisi  lain  bisa  mengarah  kepada
            Bencana, UU Kesejahteraan Sosial dan   Gus Dur,” tegas Bachtiar.  hal-hal yang negative seperti dagang
            UU Gelar dan Tanda Saja dan UU      Penggunaan  hak-hak  DPR     sapi.  Ada  positif  negatfnya  ,  ke
            Perlindungan Anak.              ditekankan lagi untuk berhati-hati,   depan  perlu  ditelaah  lagi. “  Kalau
               Dalam fungsi pengawasan, Menteri   jangan  sedikit-sedikit  interpelasi   domain eksekutif tak usahlah DPR
            Sosial juga menilai cukup keras kritis-  yang ujungnya tidak ada. “ Usul saya   (legislative) ikut menentukan. Banyak
            keras, kalau bisa membuktikan  ada   penggunaan hak interpelasi dan angket   sekali  domain  yang  akan  diambil
            kesalahan  yang  dilakukan  staf   harus hati-hati sehingga wibawanya   DPR,  padahal  kurang  menguasai
            depsos maka pasti ditindak. Dalam   ada.  Ibarat  bunga,    layu  sebelum   permasalahannya,”  tegas  Bachtiar
            rapat-rapat dia juga menyatakan tak   berkembang, tak ada hasil,” ujarnya   mengakhiri pembicaraan. (mp,ol,sc)

                                                                               PARLEMENTARIA TH. XL NO. 73  25
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32