Page 71 - MAJALAH 81
P. 71

SOROTAN




            lokasikan  anggaran  multi-years  yang   swasta merupakan faktor-faktor kunci   taapian Indonesia.
            memadai  untuk  program  revitalisasi   yang kritis bagi suksesnya revitalisasi   Politik  ini,  katanya,  membangun
            tersebut, baik dari sumber APBN mau-  perkeretaapian Indonesia ke depan.   “The Railway Mainstream”. Politik KA
            pun  dari  pinjaman  luar  negeri  serta   Jalan panjang yang berliku terse-  ini diikuti oleh politik anggaran dimana
            mengkonsolidasikan  upaya  terpadu   but terutama disebabkan oleh reputasi   ada  peningkatan  yang  signifikan  dari
            untuk  menciptakan  kebijakan,  regu-  perkeretaapian  yang  lamban  dalam   anggaran pembangunan APBN untuk
            lasi  dan  insentif  bagi  investasi  sektor   perubahan,  mempertahankan  mind-  membangun  sarana  dan  prasarana
            swasta dalam industri perkeretaapian   set lama, keengganan untuk berubah,   perkeretaapian.
            Indonesia.                        tidak ada prestasi untuk quick-delivery,   Konsekuensinya  adalah  pengua-
                Namun  nampaknya,  proses  me-  lack of vision, dan tidak adanya strong   tan  kelembagaan  perencanaan  untuk
            wujudkan  modernisasi  perkeretaa-  leadership  untuk  melakukan  hal-hal   mengelola  peningkatan  anggaran
            pian Indonesia dan menempatkannya   besar untuk lebih memberikan kemu-  APBN  kereta  api  dan  kelembagaan
            dalam titik sentral perekonomian na-  dahan menggunakan transportasi dan   khusus  investasi  swasta  untuk  lebih
            sional akan menempuh jalan panjang   membuat  perjalanan  bagi  sebagian   cepat  menarik  investasi  swasta  ma-
            dan berliku.                      besar rakyat.                      suk ke dalam proyek-proyek strategis
                Menurut  Suyono,  upaya  untuk    Selain  itu,  kata  Suyono,  kapasi-  perkeretaapian masa depan seperti KA
            merevitalisasi  perkeretaapian  Indo-  tas  kelembagaan  juga  belum  men-  Barang  Jawa,  KA  Perkotaan,  KA  Ba-
            nesia pun akan menempuh jalan pan-  dukung  implementasi  program  dan   tubara, KA Cepat Jawa dan lain-lain.
            jang  yang  sama.  Perubahan  yang  sa-  proyek  besar  kereta  api.  Beberapa   “Hanya  dengan  determinasi  dan
            ngat  mendasar  dan  undang-undang   tahun  belakangan  ini  bahkan  sampai   politik  KA  yang  kuat,  Indonesia  bisa
            perkeretaapian  yang  menanggalkan   kini, Indonesia sangat hiruk pikuk dan   membangun proyek-proyek skala be-
            monopoli  oleh  negara  dan  beralih   bising  dengan  politik,  kasus  korupsi,   sar  KA.  Reformasi  setengah  hati  dan
            kepada  pembukaan  pasar  dan  indus-  pertengkaran  Pemilukada,  terlalu  ba-  berperilaku seperti adanya saat ini ti-
            tri  perkeretaapian  baru  merupakan   nyak  manuver  politik  dan  politicking,   dak akan menghasilkan apa-apa,” kata
            syarat yang pertama dan utama. Masih   serta konflik lain yang memecah kon-  Suyono menegaskan.
            banyak syarat lain yang harus disele-  sentrasi untuk membangun negeri.
            saikan, seperti tatanan kelembagaan,   Untuk  membangkitkan  perkere-
            skema  investasi,  pembiayaan  pem-  taapian, Indonesia perlu Politik Kereta   Terjadi Backlog Keahlian
            bangunan, penetapan kebijakan tarif,   Api  dimana  suatu  sikap  politik  yang   Senada  dengan  Suyono  Dikun,
            kebijakan  logistik  dan  distribusi  nasi-  sangat  lugas  di  tingkat  makro  untuk   Pengamat  Perkeretaapian    Harris  Fa-
            onal,  transportasi  multimoda,  peran   dalam waktu 20 tahun ke depan mem-  billah  mengatakan,  perkeretaapian
            baru pemerintah dan partisipasi sektor   bangun  dan  memodernisasi  perkere-  dewasa  ini  belum  mencapai  perkem-
                                                                                 bangan yang sesuai dengan tuntutan
                                                                                 kebutuhan masyarakat.
                                                                                     Panjang  rel  yang  dioperasi-
                                                                                 kan  saat  ini  lebih  kurang  4.500  km
                                                                                 berkurang dari kondisi tahun 1950-an
                                                                                 yang  mencapai  lebih  kurang  6.400
                                                                                 km.  Pada  tahun  1950an  jumlah  sta-
                                                                                 siun mencapai lebih dari 1.500 stasiun,
                                                                                 pada  saat  ini  yang  beroperasi  sekitar
                                                                                 500 stasiun.
                                                                                     Menurut  Harris, banyak rel yang
                                                                                 sudah  melewati  life-time  teknis  dan
                                                                                 ekonomis,  terutama  di  daerah  Jawa
                                                                                 Timur  dan  Sumatera  Utara.  Bahkan,
                                                                                 sebagian besar sistem perkeretaapian
                                                                                 di  Sumatera  Barat  sudah  tidak  bero-
                                                                                 perasi lagi.
                                                                                     Harris  berpandangan,  peranan
                                                                                 kereta  api  baik  untuk  angkutan  pe-
                                                                                 numpang maupun barang relatif ren-
                                                                                 dah dibandingkan dengan moda trans-
            (Gb. internet)                                                       portasi lainnya.







                                                                                                                                                                                                        | PARLEMENTARIA  |  Edisi 81 TH. XLII, 2011 |
                                                                                                                                                                                                                  ARIA |
                                                                                                                                                                                                                             TH. XLII, 201 |
                                                                                                                                                                                                        |
               | PARLEMENTARIA |  Edisi 81 TH. XLII, 2011 || PARLEMENTARIA |  Edisi 81 TH. XLII, 2011 |
                                                                                                                                                                                                        P
                                                                                                                                                                                                                                       1

                                                                                                                                                                                                         ARLEMENT
                                                                                                                                                                                                                       Edisi 81
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76