Page 51 - MAJALAH 128
P. 51

luktas Teknik, Unibraw, Malang. Ia   mahasiswanya. Ibnu Rubianto ternya-  Tahun 1995, Lukman menamatkan
            mengambil jurusan teknik sipil. Bagi   ta juga pernah menjadi Bupati Malang   studi teknik sipilnya di Unibraw. Ia
            Lukman, Malang kota yang asing, be-  tahun  2000-2002  dan  bergabung   kemudian hijrah ke Jakarta. Di Ibu
            lum pernah disinggahi sebelumnya.   dengan PKB. “Selain menjadi dosen,   Kota, ia mendapat proyek perdananya
            Saat menginjakkan kaki pertama kali   dia juga memilik usaha real estate dan   sebagai profesional. Ia diminta mem-
            di Malang, ia menumpang semen-    jasa konsultan. Ia sudah wafat,” kenang   bangun rumah di Rempoa, Jakarta
            tara di rumah teman kakaknya, dekat   Lukman tentang dosennya itu.  Selatan. Rumah itu ternyata menjadi
            kampus Universitas Merdeka, Malang.                                 rumah mertuanya. Ia kerjakan semua
            Terbiasa hidup mandiri sejak kecil, tak                             detail pembangunannya, dari desain
            ada masalah bagi pemuda Lukman                                      gambar, menghitung beton, semen,
            tinggal menyendiri di Malang.                                       hingga mengawasi. “Saya seperti man-
                                                                                dor bangunan. Tetapi, rumah itu seka-
            Yang menarik, kali pertama tinggal di                               rang sudah dijual,” ceritanya.
            Malang, ia sulit makan. Tak ada menu
            yang cocok dengan seleranya yang                                    KE PANGGUNG POLITIK
            suka pedas, asam, atau asin. Semen-
            tara di Malang, makanannya terasa                                   Memasuki masa krisis moneter, ta-
            manis. “Saat bulan pertama di Malang,                               hun 1998, Lukman pulang kampung ke
            saya tidak bisa makan, karena orang                                 Riau. Mantan Ketua DPD Gapensi Riau
            Sumatera tahunya pedas, asin, dan                                   ini, membuka jasa konsultan manaje-
            asam. Di Malang saya enggak ketemu                                  men untuk mendampingi koperasi-
            dengan rasa itu. Yang ada hanya ma-                                 koperasi di kampungnya agar tetap
            nis,” katanya, penuh tawa.                                          survive di masa krisis. Pendampingan
                                                                                yang dilakukan Lukman adalah mem-
            Akhirnya, selama di Malang, Lukman   Lukman Edy mendapat Anugrah Bintang   bantu membuat proposal bantuan
            hanya mengenal makanan soto, ra-  Kehormatan dari Presiden SBY      dana dan menggerakkan ekonomi
            won, dan pecel. Tiga menu itu yang                                  rakyat dari desa ke desa.
            dirasa paling dekat dengan cita rasa-  Selama di kampus, Lukman juga ak-
            nya. Awalnya ia tak bisa membedakan   tif berorganisasi. Ia menjadi anggota   Selain itu, mantan Komisaris PT. Me-
            mana makanan yang disebut soto dan   Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil di   gah Karya Prima ini pernah mendapat
            rawon. Lukman melihatnya sama saja.   kampusnya sekaligus anggota Himpu-  proyek pembangunan rumah bagi
            “Rawon dan soto saya anggap sama,   nan Mahasiswa Teknik Sipil untuk se-  para buruh perkebunan di tengah
            karena saya tidak bisa membedakan-  luruh Indonesia. Di luar kampus, Luk-  hutan. Kebetulan ada hutan tanaman
            nya. Jadi, bagi saya hanya itu yang bisa   man aktif di Paguyuban Mahasiswa   industri (HTI) di sana. Selama mem-
            saya makan,” terangnya.           Riau dan Pergerakan Mahasiswa Islam   bangun rumah itu, ia harus keluar
                                              Indonesia. Pemuda Lukman adalah ak-  masuk hutan. Bahkan, pernah tinggal
            Cukup lama Lukman beradaptasi de-  tivis kampus yang idealis dan penuh   di hutan selama seminggu. “Di hutan
            ngan makanan setempat. Hanya soal   daya kritis. Kapasitas intelektualnya   berteman dengan nyamuk, bertemu
            makanan yang bermasalah, selebihnya   terasah selama menjadi mahasiswa.  gajah, bahkan perampok. Saya mem-
            ia tak menghadapi masalah apapun di                                 buat 40 unit perumahan untuk buruh
            Malang. Sementara mengawali perku-  Ketika menjadi aktivis kampus, Luk-  perkebunan.”
            lihannya, pemuda Lukman sangat me-  man juga sering mengikuti aksi
            nikmati semua mata kuliah. Dekan FT   demonstrasi. Ia pernah berdemon-  Kejadian yang memilukan pernah ia
            Unibraw Aziz Husen yang mengajar   strasi di depan pengadilan negeri   alami selama membangun rumah di
            teknik pengairan sangat disuka Luk-  Surabaya yang sedang menyidangkan   tengah hutan. Syahdan, waktu itu ia
            man. Begitu juga Ibnu Rubianto, dosen   kasus larangan berjilbab bagi karya-  sedang mengambil logistik ke Pekan-
            mata kuliah transportasi dan lapangan   wati sebuah perusahaan. Waktu itu   baru selama dua hari. Ketika balik lagi
            terbang jadi salah satu favoritnya di   jilbab masih menjadi larangan, belum   ke hutan, seng penutup atap rumah
            kampus.                           sebebas sekarang. Dan Lukman ber-  semuanya hilang digasak perampok.
                                              sama para aktivis lainnya memprotes   Para perampok itu datang menggu-
            Nama dosen terakhir itu, pernah   larang berjilbab itu. Bersama para   nakan truk. Jumlah mereka banyak
            menjadi pembimbing skripsi Lukman.   aktivis lainnya, Lukman mendesak   sekali, hingga satpam penjaga proyek
            Selain membagi ilmu teknik, dia juga   pe ngadilan mengeluarkan keputusan   ketakutan dan mengunci diri di gu-
            berbagi ilmu kewirausahaan bagi para   yang adil.                   dang. Akhirnya, Lukman harus meng-



                                                                             PARLEMENTARIA  EDISI 128 TH. XLV, 2015  51
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56