Page 50 - MAJALAH 128
P. 50
annya itu, mengikuti kepindahan tu- ngajari murid-muridnya. Bila murid- sudah mencintai dunia seni. Ia mulai
gas ayahnya yang memang seorang muridnya bercanda saat belajar, sang gemar melukis. Naluri seninya ini te-
birokrat di Riau. Banyak kenangan nenek langsung marah dan rotan yang rus berkembang hingga dewasa. Ob-
menarik semasa SD. Pulang pergi, ia dipegangnya menghentak. jek lukisannya adalah pemandangan,
selalu berjalan kaki ke sekolah ber- bunga, dan manusia. Selain itu, ia juga
sama teman-temannya. Pernah punya Setiap bulan, Lukman dan teman- piawai membuat kaligrafi yang begitu
sepeda untuk sekolah. Tapi sepeda itu temannya selalu membawakan mi- indah.
dicuri di depan matanya sendiri. Ia nyak tanah untuk Nenek Izur sebagai
melihat sepedanya dicuri dua orang imbalannya. Minyak tersebut untuk Setamat SMP tahun 1986, Lukman lalu
bertubuh jauh lebih besar darinya. kebutuhan lampu templok sebagai melanjutkan ke SMAN 6 Pekanbaru
penerang. Kebetulan belum ada listrik (kini SMAN 8). Di SMA, ia masuk ke-
Sedih rasanya melihat sepeda kesa- waktu itu. Begitulah romantika masa las A1 (jurusan fisika), kelas paling elit
yangan dicuri orang begitu saja tan- kecil Lukman di kampung. Selepas di sekolah. Matematika dan fisika sa-
pa bisa melawan. Masa SD sebetul- tamat SD, ia dan keluarganya hijrah ke ngat disuka. Tapi ia tak suka pelajaran
nya masa yang sulit secara ekonomi. Kota Pekanbaru, lantaran sang ayah kimia. Tak ketinggalan, bakat seninya
Makan sehari-hari pun sangat seder- menjadi Anggota DPRD Provinsi Riau. yang mulai tumbuh sejak SMP terus
hana di rumahnya. Bila ibundanya terasah ketika SMA. Bahkan, Lukman
menggoreng telur, maka satu telur itu KULIAH KE MALANG muda mulai bisa mengikuti pameran
harus dibagi empat. Uniknya, sang ibu seni. Karya lukisnya dipamerkan di
membelah telur itu dengan benang Saat tinggal di Pekanbaru, Lukman mana-mana.
halus. Roti dan susu kaleng belum melanjutkan sekolah di SMPN 4 Pe-
dikenal oleh Lukman kecil. kanbaru. Sekolah ini merupakan seko- Di SMA, Lukman juga rajin berorga-
lah teladan dan favorit, tempat ber- nisasi. Selain menjadi pengurus OSIS,
Sementara itu, lingkungan keluarga kumpulnya siswa-siswa berprestasi. ia juga masuk Paskibra dan pramuka.
dan kampung yang religius, tak me- Prestasi Lukman mulai tersaingi de- Tahun 1989, Lukman menamatkan
lupakan Lukman kecil untuk belajar ngan siswa-siswa lainnya. Bila di SD SMA. Dia pun mulai melirik pergu-
agama. Mulai pukul empat sore, sepu- selalu menempati pemuncak ranking, ruan tinggi negeri untuk melanjutkan
lang dari SD, Lukman belajar agama di di SMP ia masuk lima besar ranking kuliah. Kesukaannya pada dunia sains,
sebuah madrasah. Itu sekolah swasta elit. Pelajaran matematika, sains, dan membuat Lukman ingin mengambil
satu-satunya di Tembilahan. Uniknya, seni tetap disukai. studi teknik. Pilihan pun jatuh ke Uni-
di madrasah itu, anak-anak Tionghoa versitas Brawijaya (Unibraw), Malang,
yang non muslim juga ikut bersekolah. Ada guru olahraga dan guru melukis Jawa Timur dan Universitas Gajah
di SMP ini yang sangat galak dan di- Mada (UGM), Yogyakarta.
Tak heran, bila anak-anak Tionghoa takuti para siswa. Tapi, kepada Luk-
di Tembilahan pandai mengaji dan man begitu baik, tak pernah marah. Setelah mengikuti seleksi masuk,
menu lis aksara Arab. Madrasah ini be- Ketika duduk di SMP, Lukman kecil pemuda Lukman pun diterima di Fa-
rada di tengah pasar. Dan para orang-
tua anak-anak Tionghoa itu kebetulan
pedagang pasar. Waktu itu, anak-anak
Tionghoa tidak bisa bersekolah di SD
negeri. Untuk mencari sekolah swasta,
jaraknya sangat jauh. Hanya madrasah
itu yang paling dekat dan kebetulan
berada di tengah pasar, tempat me-
reka beraktivitas.
Selepas Magrib, Lukman kecil masih
belajar mengaji lagi di surau. Guru
ngajinya bernama Nenek Izur yang
sudah sepuh. Dia mengajari Luk-
man kecil membaca Al Quran secara
tradisional. Ada sekitar 5-10 anak yang
belajar mengaji. Dengan memegang
rotan, Nenek Izur sangat runut me- Lukman Edy saat memimpin Kunker Komisi II DPR ke pulau Seram, Maluku
50 PARLEMENTARIA EDISI 128 TH. XLV, 2015