Page 45 - MAJALAH 128
P. 45

kar Mukhamad Misbakhun, UU JPSK bertujuan untuk    RUU JPSK tersebut. Pertama, resiko ketidakpastian,
            mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis ekonomi   instabilitas keuangan yang meningkat akibat dinamika
            Indonesia seperti 17 tahun silam.                  sistem keuangan, baik internal maupun eksternal.

            “UU JPSK bertujuan untuk mengantisipasi krisis se-  “Ketergantungan pada investasi dan impor asing In-
            hingga dalam penanggulangan krisis itu tidak terjadi   donesia masih tinggi, sehingga rentan terjadi gejolak
            lagi seperti kasus Bailout Bank Century, pengucuran   ekonomi. Perbankan sebagai lembaga intermediasi,
            atau pinjaman dana untuk bank yang terancam bang-  tapi fungsinya masih rendah akibat besarnya konsumsi,
            krut,” kata Misbakhun.                             bukan produksi,” ujarnya.

            Menurut Misbakhun, dengan UU JPSK nantinya bakal   Perbankan itu beresiko, karena rakyat hanya mengua-
            terjadi konsolidasi dan koordinasi yang baik antara   sai aset 40 persen (tabungan Rp 2 juta – Rp 10 juta),
            BI, LPS, OJK, dan Menteri Keuangan untuk menentu-  sedangkan tabungan sebesar Rp 2 M ke atas dikuasai
            kan dan memastikan terjadinya krisis dan jelas pula   kelas menengah ke atas (60 persen), sehingga terjadi
            bagaimana penanggulangan dari krisis itu.          perang suku bunga.

            Dijelaskan Misbakhun, sepuluh fraksi yang ada di DPR
            mendukung pembahasan RUU JPSK. Jika dulu ada yang
            menolak, itu karena masih ada hak imunitas bagi pem-
            buat kebijakan baillout, yaitu dapat perlindungan hu-
            kum, tak bisa dipidana karena kebijakannya.

            “Itu kan bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar
            penegakan hukum, di mana semua orang bisa dipidana
            jika yang bersangkutan terbukti melanggar hukum,”
            tegasnya.

            Dalam RUU JPSK yang masih dibahas DPR bersama
            pemerintah, ada kategori krisis itu seperti apa, siapa
            yang akan meniupkan-mengumumkan alarm pertama
            bahwa negara ini sedang terjadi krisis, otoritas jasa
            keuangan itu bukan saja BI, tapi juga Menkeu, LPS dan
            OJK.

            “Jadi, sistemnya ini yang diatur secara menyeluruh ter-  Kedua, mengantisipasi ketidakpastian global, di mana
            kait protokolernya. Seperti dalam baillout, apakah BI,   ketergantungan impor dan investasi asing masih tinggi.
            Menkeu RI, LPS, dan OJK,” kata wakil rakyat dari Dae-  Ketiga, harus mampu mendeteksi dini terhadap anca-
            rah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur ini.              man krisis. Keempat, kejelasan parameter bank yang
                                                               berdampak krisis. Kelima, mitigasi-pengendalian ter-
            Sementara itu pengamat ekonomi dari INDEF, Eny Sri   hadap ketidakseimbangan resiko keuangan.
            Hartati mengapresiasi dukungan DPR  karena UU JPSK
            memang sangat penting agar tidak terjadi kesalahan   Keenam, peran lembaga intermediasi untuk mendo-
            masa lalu dalam penanganan krisis di tanah air pada   rong pembangunan yang berkualitas untuk membang-
            masa mendatang.                                    kitkan sektor riil, ketujuh mengantisipasi krisis global
                                                               yang jangka waktunya (interval) makin pendek, dan
            Hanya saja, kata pengamat ini, persoalannya semua   kedelapan menyiapkan payung hukum.
            UU pasca reformasi ini tumpang-tindih, sehingga ha-
            rus diharmonisasi. Apalagi UU BI, OJK, LPS, dan UU   Dengan demikian UU JPSK akan sangat bermanfaat un-
            Perbankan sendiri sebagai prioritas. Tapi, kalau tidak   tuk mengantisipasi terjadinya krisis. Ada kejelasan dan
            diharmonisasi akan berujung di Mahkamah Konstitusi   kewenangan yang menjadi tanggung jawab masing-
            (MK). “Kalau berujung di MK berarti tidak produktif,”   masing pihak, dan siapa melakukan apa saat krisis. Hal
                 kata dia.                                     itu sekaligus untuk mencegah terjadinya kriminalisasi
                                                               keuangan negara di perbankan. (nt) Foto: Naefuroji/Parle/
                        Setidaknya ada delapan hal urgent dalam   IW



                                                                             PARLEMENTARIA  EDISI 128 TH. XLV, 2015  45
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50