Page 217 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 217

192   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            II.23.  Ravanera,  Roel  R  &  Gorra,  Vanessa.  2011.  Commercial
            Pressures on Land in Asia: An Overview. International Land
            Coalition  (ILC).

            Kata Kunci: Asia, landreform, investasi, pertanian, ketahanan pangan,
            migrasi


                Dalam  tulisan  ini, Ravanera  dan  Gorra  membahas  dampak
            investasi pertanian pada penguasaan tanah dan ketahanan pangan
            bagi komunitas pedesaan khususnya penduduk asli dan perempuan.
            Kajian  ini merupakan  ulasan  hasil-hasil penelitian  ILC  yang
            dilakukan di Indonesia, Nepal, Pakistan, India dan Filipina. Melalui
            kajian  ini, Ravanera  & Gorra  menunjukkan  bahwa  meningkatnya
            investasi sektor swasta pada pertanian, dipicu kebijakan-kebijakan
            yang diadopsi pemerintah  Asia  untuk  meningkatkan  pertanian
            lokal, ekonomi, dan menurunkan angka kemiskinan. Salah satunya
            adalah hadirnya konsep Free Trade Agreement.
                Tulisan  ini dimulai dengan  diskusi singkat  mengenai sejarah
            landreform di beberapa negara Asia, serta persoalan kesulitan yang
            dihadapi pemerintah  karena  menurunnya  investasi dan  bantuan
            pertanian. Asia  mempunyai sejarah  landreform  yang panjang.
            Mulai tahun 1950, sistem tenurial di lima negara Asia dikendalikan
            oleh  tuan-tuan  tanah. Merekalah  yang memiliki sejumlah  besar
            lahan, tetapi biasanya  tidak  mengusahakannya, serta  adanya
            sistem bagi hasil dimana tuan tanah menyewakan tanahnya untuk
            tujuan  membagikana  produk  tertentu. Tipe  struktur  serupa  ini
            menghadirkan sejumlah persoalan, karena penyewa tidak memiliki
            jaminan  kontrak  dan  harga  sewanya  biasanya  tinggi. Penyewa
            kurang memiliki pengetahuan teknis dan aksesnya terbatas terhadap
            teknologi untuk  meningkatkan   produksi mereka. Kurangnya
            pendapatan yang diperoleh dari tanah yang mereka miliki akhirnya
            membuat mereka semakin miskin dan akhirnya bangkrut. Sementara
            tuan  tanah  yang berperan  sebagai pemilik  kapital semakin
            memperburuk   keadaan. Meskipun   reforma  melalui redistribusi
            tanah dimunculkan untuk mengatasi persoalan ini, cerita suksesnya
            sangat  terbatas. Ini membuktikan  sulitnya  mengimplementasikan
   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221   222