Page 222 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 222
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 197
ekonomi. Perempuan di pedesaan juga tidak melihat tanah semata-
mata sebagai sumber daya ekonomi, tetapi juga sebagai sumber
budaya, kehormatan dan martabat. Perempuan di India memandang
kehilangan tanah berarti tidak punya harapan, tidak punya
kemampuan ekonomi dan kesia-siaan. Sementara itu bagi penduduk
asli, gelombang investasi telah menyebabkan mereka teralienasi.
Mereka dipaksa meninggalkan tanah leluhurnya dan menunggu
rehabilitasi atau bekerja sebagai buruh di industri-industri. Persoalan
berakar dari kurangnya perlindungan dan penerimaan pada penduduk
asli atas hak-hak adat. Pada bagian akhir dari pembahasannya,
Ravanera dan Gorra memunculkan rekomendasi untuk memperkuat
pengelolaan dan perlindungan tenurial serta akses petani pada tanah.
Beberapa rekomendasi yang dimunculkan antara lain memperkuat
administrasi pertanahan, memformulasikan kebijakan penggunaan
tanah, serta melibatkan masyarakat dalam program. Pemerintah
perlu melihat kembali kebijakan investasi mereka.
(DWP)
Keterangan: Artikel dapat diunduh di www.landcoalition.org
II.24. Smaller, Carin & Howard Mann. 2009. A Thirst for Distant
Lands: Foreign Investment in Agricultural Land and Water.
http://www.iisd.org.
Kata Kunci: investasi pertanian, motivasi, kontrak, air
Tulisan ini membahas meningkatnya minat investasi asing pada
tanah-tanah pertanian. Smaller & Howard berupaya mengidentiikasi
motivasi utama dibalik tren investasi dan penyewaan tanah yang terjadi,
serta isu hukum yang berkaitan dengan tipe-tipe kontrak, mencakup
juga relasi dengan hukum domestik, kontrak investasi internasional,
dan perjanjian investasi internasional. Data tulisan diambil dari media
seperti publikasi GRAIN, juga wawancara dengan staf pemerintahan
dari negara yang berinvestasi, penerima investasi, perwakilan PBB,
dan NGO. Data-data dari GRAIN mendokumentasikan 180 perjanjian
yang memiliki tahapan bervariasi. Sebagian di antaranya baru pada