Page 224 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 224

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  199


                  Pembelian  atau  penyewaan   jangka  panjang tanah-tanah
              pertanian  untuk  digunakan  sebagai tempat  produksi pangan,
              dilakukan  sebagian  besar  oleh  negara  tuan  rumah/pemilik  dan
              investor swasta dari Arab dan negara-negara Asia yang kaya seperti
              (Jepang, Cina  dan  Korea) ke  Afrika  dan  Asia  Tenggara. Semua  ini
              sebenarnya  berawal dari krisis  investasi perbankan  dan  sektor
              properti, sehingga  diperlukan  strategi investasi yang baru. Hal ini
              terutama  dilakukan  oleh  sektor  swasta  di Eropa, Jepang, Amerika
              Utara, Cina dan Korea. Rusia, Ukraina dan Australia juga menawarkan
              tanah-tanah pertanian dalam skala luas kepada investor asing.
                  Biofuel  boom yang terjadi mulai tahun  2003  dan  krisis  pangan
              global tahun 2008 telah memunculkan strategi investor asing (negara
              dan  swasta) untuk  membeli atau  menyewa  tanah  dalam  jangka
              panjang.  Sell  bank, buy cheese, merupakan  jargon  untuk  sejumlah
              invetasi perbankan yang dikonversi menjadi investasi pertanian, yang
              di antaranya  dilakukan  BlackRock  (U.S), Deutsche  Bank  (Germany),
              Goldman Sachs (U.S) dan Knight Frank (U.K). Hal ini terutama didorong
              oleh  pengamanan pangan dan energi daripada keuntungan skala luas
              dari hasil panen lokal yang merupakan karakteristik perkebunan asing
              sejak era kolonial. Investasi asing pada tanah-tanah pertanian bukanlah
              fenomena yang baru. Perkebunan skala luas yang dimiliki investor asing
              dengan  mudah  ditemukan  di Afrika, Asia, dan  Amerika  Latin, yang
              pada banyak kasus sudah diawali pada era kolonial untuk memproduksi
              pisang, gula, teh, coklat  dan  tanaman  ekspor  yang lain. Sejak  tahun
              1980, meskipun kepemilikan tanah-tanah pertanian oleh investor asing
              mengalami penurunan, karena investasi asing lebih banyak pada model
              contract farming dan produksi pertanian yang lain seperti bibit, pupuk,
              peralatan  pertanian, pengolahan, manufaktur  dan  retail yang lebih
              disukai oleh para investor.
                  Sebagai catatan  penting yang disampaikan  tulisan  ini adalah
              sangat  sedikitnya  kontrak  yang bisa  diakses  publik  INGO/NGO.
              Yang mengkhawatirkan  adalah  fakta  bahwa  dalam  beberapa  kasus
              perjanjian atas tanah yang sudah disepakati, tidak ada kontrak secara
              hukum  atau  yang memungkinkan  pemerintah  bertanggung jawab
              pada  investasi asing atau  kepada  masyarakat  lokal yang terkena
              dampak dari perjanjian ini. Budaya kerahasiaan yang jamak terjadi
   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229