Page 269 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 269

244   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


                Adapun petani (tenaga kerja pertanian) pengolah akan didatangkan
            dari Jawa Barat dan Jawa Timur melalui program transmigrasi. Dalam
            hal ini, pelibatan petani (transmigran) akan melalui skema kemitraan
            (inti – plasma). Dengan  kata  lain, mekanisme  atau  cara-cara  yang
            ditempuh  yakni mendatangkan  tenaga  kerja  pertanian  (petani) asal
            Jawa  melalui program  transmigran  dan  sekma  kemitraan  antara
            petani dan korporasi (contract farming) hal yang terus berlanjut dan
            dipertahankan  sejak  era  pembangunan  perkebunan  besar  kolonial
            hingga program PIR-BUN saat orde baru. Seperti yang diungkapkan
            oleh Bupati Bulungan, “Petani tetap menjadi motor dalam food estate.
            Tidak benar jika nantinya menjadi buruh. [...]Nantinya petani tetap
            mengelola lahan food estate, namun dengan skala yang luas melalui
            sistem intensiikasi sehingga produktiitas bisa dinaikkan. Jadi petani
            disini bukan buruh tetapi sebagai mitra”.
                Untuk   mendukung    pengembangan    food estate,  Pemda
            Bulungan  berupaya  menggandeng tiga  korporasi pertanian  besar
            dengan  nilai investasi 255 milyar  rupiah. Ketiga  korporasi yang
            menyatakan  kesiapan  berinvestasi di Bulungan, yakni PT. Sang
            Hyang Sri (BUMN) yang akan mengembankan budidaya padi (dari
            hulu  hingga  hilir), PT. Nusa  Agro  Mandiri (Solaria) yang akan
            mengembangkan   budidaya  kedelai dan  PT.Agro  Mandiri Kencana
            (Miwon) yang akan  mengembangkan    tanaman  jagung. Menurut
            Bupati Bulungan, Budiman  Ariin, Pemda  Bulungan  telah  memasuki
            tahapan  penyusunan  Masterplan Rice Estate Delta Kayan  meliputi
            pengembangan padi hibrida seluas 100 ha (50 ha di Tanjung Palas,
            20 ha  Tanjung Selor, dan  30 ha  Tanjung Palas  Utara) melalui
            program  pemerintah  pusat. Selain  membuka  ruang seluas-luasnya
            bagi aksi investasi korporasi agribisinis, ketersediaan  infrastruktur
            transportasi menjadi bagian yang terpisahkan dalam pengembangan
            food estate. Seperti yang sedang diupayakan oleh Pemda

                Dari paparan  di atas  terlihat, pengembangan  kawasan  food
            estate  (kasus  Kabupaten  Bulungan) membutuhkan  prasyarat  pokok
            yang harus  dipenuhi yakni ketersediaan  dan  pengaturan  tenaga  kerja
            pertanian (melalui program transmigran asal Jawa), ketersediaan lahan
            yang luas  (pengaturan  tata  ruang), keterlibatan  investasi korporasi
            agribisnis, serta  ketersediaan  infrastruktur  yang memadai khususnya
   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273   274