Page 305 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 305
280 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
hal tersebut tidak selalu demikian. Menurut Jurgen dkk, dampak
langsung terhadap lingkungan sangat tergantung pada di mana
kelapa sawit tersebut ditanam. Masalah yang muncul dikarenakan
insentif ekonomi yang kuat dari ekspansi tersebut terhalau oleh
lemahnya kapasitas tata kelola dan buruknya kerangka kerja sehingga
perkebunan kelapa sawit justru tidak diarahkan pada areal di mana
dampak buruknya bisa diminimalisir.
Meskipun mustahil menghindari degradasi lingkungan namun
upaya pengelolaan harus bisa memastikan bahwa keuntungan
ekonomis dapat lebih besar dibandingkan ‘biaya lingkungan’. Ada
begitu banyak areal yang sesungguhnya rentan secara ekologis,
namun justru menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Areal tersebut
sesungguhnya adalah area yang penting bagi penyerapan karbon.
Perlu ada insentif baru untuk memindahkan area pengembangan
kelapa sawit ke daerah yang bukan hutan penyerap karbon.
Berbagai dampak negatif dari ekspansi perkebunan kelapa sawit
– misalnya deforestasi yang menyebabkan terancamnya kelestarian
ekosistem, keterbatasan akses terhadap tanah, kompensasi yang
tidak adil, dan lain sebagainya – sejatinya dapat ditanggulangi jika
perluasan kelapa sawit tersebut diimbangi dengan keuntungan
ekonomis yang meningkatkan taraf hidup masyarakat, pengentasan
kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pembukaan akses transportasi
dan infrastruktur lainnya. Simpulan ini dibangun Jurgen dkk
dari berbagai data mengenai peningkatan taraf hidup petani dan
komunitas lokal yang turut membudidayakan kelapa sawit.
(VRP)
Keterangan: Artikel merupakan koleksi pribadi penulis (vegitya.
ramadhani@yahoo.com)
IV. 23. Kamil, Sus Yanti. 2010. Ketika Sawit Merenggut
Kehidupan Perempuan. JATAM
Kata kunci: buruh, kelapa sawit, keselamatan kerja, Konawe Utara