Page 62 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 62
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 37
oleh kasus-kasus konlik agraria. Pintu masuk untuk memahami
perampasan tanah dalam terminologi land grab memang belum
banyak dijumpai, namun kasus-kasus dan kajian yang mengambil
karakteristik land grabbing, pastilah sangat banyak dan masih
tersebar dimana-mana. Oleh karena itulah menjadi satu pekerjaan
rumah untuk mendokumentasikan lebih lanjut tentang kasus-kasus
perampasan tanah di Indonesia.
Penelitian ini juga mencatat satu hal penting yang perlu
diperhatikan dalam penelitian lanjut mengenai land grabbing.
Penelusuran literatur menunjukan bahwa metode kuantitatif jamak
dipakai sebagai pintu masuk awal untuk melakukan inventarisasi
terhadap kasus-kasus investasi yang terjadi. Kesulitan utama yang
dihadapi dalam penelitian land grabbing adalah banyaknya data yang
spekulatif dan sulit diveriikasi. Hal serupa ini banyak terungkap
dalam releksi metodologi yang dilakukan oleh peneliti land grabbing.
Tidak mudah untuk bisa mengakses data mengenai jumlah investasi
maupun kesepakatan yang terjadi. Hal ini dimungkinkan karena
banyak proyek pengadaan tanah yang tidak didokumentasikan dan
dipublikasikan secara terbuka. Adanya kontrol akses publik terhadap
informasi, dan kapasitas pengadministrasian yang tidak cukup baik,
membuat banyak data yang simpang siur. Selain banyaknya data yang
sulit diveriikasi, perang opini adalah hal yang jamak dijumpai dalam
debat mengenai land grabbing. Hal sudah dimulai dari penyebutan
istilah ‘land grabbing’ atau ‘perampasan tanah’ yang sebenarnya
sudah berkesan negatif. Oleh karena itulah perlu dipikirkan untuk
tidak terburu-buru secara terbuka menggunakan istilah land
grabbing atau perampasan tanah dalam proses pengambilan data.