Page 67 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 67
42 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
membuat peraturan di kawasan konservasi.
Dengan menggunakan konsep akumulasi primitif, penulis
menegaskan bahwa konservasi menyebabkan reaksi kekerasan, yang
berimplikasi pada penyingkiran, dan berdampak buruk terhadap
sumberdaya itu sendiri. Praktik konservasi atau “pengawetan” sumber
daya hayati justru menimbulkan tekanan terhadap sumberdaya itu
sendiri.
(MYS)
Keterangan: Artikel dapat diunduh di http://www.tandfonline.com
I.4. Ansom, An. 2011. “The ‘Bitter Fruit’ of a New Agrarian Model:
Large-scale Land Deals and Local Livelihoods in Rwanda”. Paper
dalam International Conference on Global Land Grabbing 6-8
April 2011. Land Deals Politics Initiative (LDPI). Journal of
Peasant dan University of Sussex.
Kata Kunci: Rwanda, investasi, biosolar, livelihood, mobilisasi, gerakan tani
Dalam konteks globalisasi dan liberalisasi, Afrika semakin
dihadapkan pada komersialisasi ruang. Berbagai aktor skala besar, mulai
dari investor swasta internasional, investor negara, dan pengusaha lokal,
tengah mencari sejumlah besar lahan untuk memproduksi tanaman
pangan dan bahan bakar biosolar. Ansom menyajikan analisis dampak
investasi skala besar yang dilakukan oleh perusahaan asing. Akuisisi
lahan yang jamak dipimpin elit lokal tersebut kenyataannya berdampak
signiikan terhadap penghidupan masyarakat setempat. Atas dasar ini,
Ansom mengidentiikasi perubahan agraria dan sosial lebih luas yang
terjadi di Rwanda dan Afrika.
Dalam pandangan Ansom, mobilisasi massa di Afrika tidak
selalu bergerak lurus, dimana nilai-nilai demokrasi dan kebebasan
berekspresi, sangat jarang menjadi realitas. Inisatif di tingkat lokal
selalu kurang kuat atau bahkan terlalu lemah ketika menghadapi
kesepakatan antara pemerintah dan investor mengenai tanah-tanah
yang diambilalih. Pada saat yang sama, pemerintah pusat kerap
mencurigai inisiatif lokal, sehingga cenderung menetralisir inisiatif