Page 71 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 71

46    Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            yang telah  diterapkan  selama  puluhan  bahkan  ratusan  tahun.
            Masyarakat  Aborigin  Australia, sudah  mengalami penderitaan  yang
            berat  selama  berada  di tangan  kolonial dan  pemerintah  Australia
            sendiri, yang seperti tinggal diam  dan  tidak  mempedulikan  kondisi
            mereka. Kebanyakan  masyarakat  Aborigin  hanya  bisa  menikmati
            fasilitas  dan  pelayanan  yang terbatas  dibandingkan  warga  Australia
            yang lain. Kelompok  kulit  putih  Australia  telah  merampas  akses
            mereka terhadap tanah dan menghapus cara hidup tradisional mereka.
                Pemerintah  Australia  telah  memiliki sistem  hukum  tanah
            yang digunakan sejak tahun 1788. Perlu diketahui bahwa sejak awal
            kelompok  Aborigin  di Australia  menjadi kelompok  yang marjinal.
            Di bawah  sistem  hukum  yang sudah  ada  sebelum  3 Juni 1992,
            pemerintah  Australia  diberi kekuasaan  oleh  pemerintah  kolonial
            Inggris  dan  negara  persemakmuran  Australia  untuk  membuat
            hukum  pertanahan  yang baru. Di bawah  sistem  hukum  ini, hak
            kepemilikan  pribadi tidak  diakui (terra nullius)  ‘land belonging
            to nobody’. Hak-hak   masyarakat  yang telah  ada  sebelumnya
            (masyarakat Aborigin dan Torres) tidak diperhitungkan atau tidak
            dianggap, karena menurut hukum di Inggris mereka secara formal
            hanya dianggap sebagai kelompok barbar (barbarian). Hukum dan
            adat  istiadat  mereka  yang kompleks  dan  beragam  itu  diabaikan,
            pemerintah  kolonial seolah  tidak  melihat  keberadaan  mereka.
            Dalam  hak  prerogatif, raja  memiliki hak  untuk  mengontrol benua
            ini sejak  tahun  1788, termasuk  kekuasaan  untuk  menjual dan
            mendistribusikan  tanah. Hak  ini diperoleh  dari hukum  komunal
            di bawah  doktrin  hukum  feodal yang juga  diterapkan  di seluruh
            penjuru Inggris. Dalam teorinya, raja atau ratu memiliki kepemilikan
            mutlak atas tanah dan dapat memberikan izin bagi siapa saja yang
            ingin  menempati tanah-tanah  tersebut. Mereka  yang menempati
            tanah-tanah tersebut semata-mata hanyalah ‘penyewa’ (tenant) dari
            mereka yang lebih berkuasa.
                Sistem  penguasaan  tanah  feodal  ini  merupakan  sebuah  iksi
            hukum, yang penerapannya juga tidak cukup relevan di Inggris pada
            tahun  1788 sebelum  hukum  ini kemudian  direvitalisasi dan  untuk
            tujuan  memukimkan  dan  mempopulasikan  koloni-koloni. Dalam
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76