Page 73 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 73
48 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
Australia menuju kehancurannya sendiri. Pemerintah selalu saja
mendiskusikan upaya memenuhi kebutuhan kelompok Aborigin
seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Hal ini mungkin
penting tetapi ada kebutuhan yang lebih mendesak. Kelompok
penduduk asli Australia ini menginginkan kebijaksanaan, kesetaraan,
pengakuan atas hukum dan agama mereka, serta pengakuan pada
hak-hak mereka atas tanah. Faktanya invasi yang pernah berlangsung
200 tahun yang lalu saat ini terulang kembali secara nyata dengan
perampasan hak-hak mereka melalui legislasi.
(DWP)
Keterangan: Buku merupakan koleksi pribadi (lucia_wulan@yahoo.com)
I.7. Baka, Jennifer. 2012. “The Immutability Mobile wasteland:
How Wasteland Development Policies are Shaping Modern
Land Politics in India”. Paper dalam Konferensi Internasional
Global Land Grabbing II, 17-19 Oktober, 2012. LDPI &
Department of Development Sociology, Cornell University,
Ithaca, NY.
Kata Kunci: India, tanah marjinal, akuisisi, SEZ, kemiskinan, pedesaan
Konsep tanah marjinal merupakan elemen sentral dalam debat
mengenai landgrab. Terminologi ini mengacu pada meningkatnya
akuisisi tanah-tanah pertanian di seluruh penjuru dunia. Tanah
marjinal dikonstruksikan oleh pemerintah sebagai tanah ‘empty’,
‘unused’, dan ‘vacant’ yang kemudian diupayakan pemanfaatannya
yang dianggap lebih produktif seperti biofuel atau investasi pertanian
yang disajikan sebagai obat mujarab bagi persoalan lingkungan,
ekologis, dan pembangunan ekonomi bagi negara tuan rumah.
Sebelum tanah diklasiikasikan sebagai tanah marjinal, seringkali
telah diusahakan secara produktif oleh masyarakat, khususnya
di dunia bagian Selatan. Diantara realitas seperti inilah, narasi
tentang tanah-tanah marjinal itu bertahan. Tulisan ini menganalisis
konsep ‘wasteland’ di India. ‘Wasteland’ merupakan istilah resmi
yang digunakan pemerintah di India untuk menyebut tanah-tanah